Template & Contoh Surat Pernyataan Pelunasan Pembayaran Borongan

Panduan Lengkap: Contoh Surat Pernyataan Akan Melunasi Pembayaran Jasa Borongan

Surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa borongan adalah dokumen krusial yang menjamin penyelesaian kewajiban finansial dalam suatu proyek. Memahami struktur dan implikasi hukumnya adalah kunci untuk melindungi kepentingan Anda, baik sebagai pemberi kerja maupun penyedia jasa.

Apa itu Surat Pernyataan Pelunasan Jasa Pekerjaan Borongan? Definisi Cepat

Surat pernyataan pelunasan pembayaran borongan adalah dokumen hukum yang mengikat, yang berfungsi sebagai janji tertulis definitif dari satu pihak (Debitor) kepada pihak lain (Kreditor) untuk menyelesaikan sisa kewajiban finansial atas pekerjaan borongan yang telah selesai. Ini adalah bukti sisa kewajiban yang diakui secara sadar, memberikan landasan hukum yang kuat bagi Kreditor.

Dasar Hukum dan Keabsahan Surat Ini: Mengapa Perlu Keahlian?

Keabsahan surat pernyataan ini sangat bergantung pada detail dan kelengkapannya. Untuk membangun kepercayaan dan otoritas (seperti yang diatur dalam pedoman kualitas konten), dokumen ini harus disusun secara cermat. Artikel ini tidak hanya menyediakan template yang lengkap tetapi juga menganalisis 7 komponen wajib yang harus ada agar surat Anda sah dan berkekuatan hukum di mata perdata, termasuk unsur pengakuan hutang yang merupakan prasyarat penting dalam hukum kontrak. Pemahaman yang mendalam mengenai komponen ini akan memastikan dokumen Anda tahan uji dalam sengketa hukum.

1. Memahami Urgensi dan Manfaat Surat Pernyataan dalam Kontrak Kerja

Surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa borongan bukanlah sekadar formalitas, melainkan sebuah instrumen hukum yang sangat penting dalam mengelola risiko keuangan dan hubungan profesional antara pemberi kerja (pemilik proyek) dan penerima kerja (kontraktor/pemborong). Penggunaannya secara tepat dapat melindungi kedua belah pihak dari potensi perselisihan di kemudian hari.

Kapan Tepatnya Dokumen Ini Harus Dikeluarkan?

Dokumen vital ini wajib diterbitkan ketika terjadi situasi di mana pekerjaan borongan yang dijanjikan telah rampung 100%, sesuai dengan spesifikasi kontrak awal, namun pembayaran penuh dari pihak pemberi kerja belum dapat diselesaikan pada tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Baik itu karena penundaan pembayaran atau adanya perjanjian bahwa sisa kewajiban akan dilunasi secara cicilan, surat pernyataan ini berfungsi sebagai bukti pengakuan hutang secara tertulis. Kehadirannya memastikan bahwa meskipun pekerjaan fisik telah selesai, kewajiban finansial yang belum terselesaikan diakui dan diikat oleh batas waktu yang spesifik.

Dalam kerangka hukum di Indonesia, pengakuan hutang (schuldbekentenis) memiliki kekuatan hukum yang kuat. Berdasarkan Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), pengakuan hutang adalah salah satu cara hapusnya perikatan, namun dalam konteks surat pernyataan pelunasan ini, ia lebih berfungsi sebagai penetapan dan penegasan ulang kewajiban yang masih ada. Mengutip secara spesifik dasar hukum ini memberikan tingkat keabsahan dan kepercayaan yang tinggi pada dokumen Anda, menunjukkan bahwa surat ini dibuat dengan pemahaman yang mendalam mengenai implikasi hukum perdata.

Perbedaan Kunci: Surat Perjanjian VS Surat Pernyataan Pelunasan

Penting untuk membedakan antara dua jenis dokumen ini agar tidak terjadi kekeliruan dalam penggunaannya.

  1. Surat Perjanjian Borongan (Kontrak Utama): Dokumen ini adalah landasan awal dari semua hubungan kerja. Isinya mencakup lingkup pekerjaan, spesifikasi teknis, total nilai kontrak, jangka waktu pelaksanaan, dan skema pembayaran awal. Fokusnya adalah menciptakan hak dan kewajiban antara kedua belah pihak.
  2. Surat Pernyataan Akan Melunasi Pembayaran Jasa Borongan: Dokumen ini merupakan turunan dan penegasan ulang dari kewajiban finansial yang tersisa, yang timbul dari Kontrak Utama. Fokusnya tunggal: pengakuan sisa kewajiban hutang dan penetapan jadwal pelunasan yang spesifik (tanggal jatuh tempo).

Manfaat utama dari surat pernyataan ini adalah mencegah sengketa di masa depan. Tanpa dokumen tertulis yang tegas, penundaan pembayaran dapat menjadi abu-abu dan memicu perselisihan yang memakan waktu dan biaya. Dengan adanya surat pernyataan yang jelas dan bermaterai, Anda menyediakan landasan mediasi yang kokoh, bahkan landasan untuk tuntutan hukum jika terjadi wanprestasi (cidera janji). Ini merupakan langkah proaktif dalam manajemen risiko dan menjaga akuntabilitas dalam transaksi bisnis.

2. Kerangka Arsitektur Surat Pernyataan: 7 Komponen Wajib untuk Keabsahan

Untuk memastikan sebuah surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa pekerjaan borongan memiliki kekuatan hukum yang tidak terbantahkan, Anda harus memahami dan memasukkan tujuh komponen penting. Kekuatan dokumen Anda sangat bergantung pada presisi dan detail, terutama dalam konteks perdata di mana setiap detail kecil dapat menjadi penentu dalam perselisihan. Kami akan menguraikan dua bagian krusial yang harus Anda kuasai.

Bagian Identitas yang Jelas dan Terperinci (Pihak-Pihak Terlibat)

Detail identitas bukan sekadar formalitas, melainkan inti dari verifikasi keseriusan dan legalitas pihak yang berjanji. Sangat penting untuk memasukkan Nomor Induk Kependudukan (NIK) atau Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bersama dengan alamat domisili yang lengkap dan dapat diverifikasi.

Memverifikasi keaslian dan keseriusan pihak yang membuat pernyataan (pihak yang berhutang) melalui data legal seperti NIK atau NPWP adalah langkah fundamental untuk membangun kepercayaan pada dokumen tersebut. Tanpa detail ini, surat tersebut berisiko dianggap hanya janji moral, bukan komitmen finansial yang mengikat secara hukum.

Deskripsi Kewajiban dan Jumlah Hutang yang Tidak Bias (Angka & Terbilang)

Bagian ini harus ditulis dengan tingkat presisi yang sangat tinggi. Kesalahan atau ambiguitas dalam penulisan jumlah kewajiban adalah penyebab utama sengketa di kemudian hari. Oleh karena itu, Anda harus selalu mencantumkan Jumlah Hutang dalam format Angka (misalnya, Rp50.000.000,00) dan mengulanginya dalam format Terbilang (misalnya, Lima Puluh Juta Rupiah). Perbedaan antara kedua format ini harus nol.

Selain itu, komponen yang sangat penting adalah penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pelunasan. Tanggal ini harus spesifik (misalnya, 15 Februari 2026), final, dan tidak boleh bersifat tentatif (seperti sekitar bulan depan atau setelah proyek selesai). Tanggal yang spesifik adalah kunci yang menunjukkan otoritas dan memberikan landasan yang jelas untuk memulai tuntutan hukum atau somasi jika terjadi wanprestasi.

Untuk memastikan Anda tidak melewatkan komponen vital, tim kami telah menyusun Daftar Periksa Prosedur Validasi Surat Pernyataan yang harus Anda ikuti sebelum penandatanganan:

  1. Identitas Lengkap: NIK/NPWP, Nama Lengkap, Alamat Domisili, Nomor Kontak.
  2. Jabatan/Kapasitas: Jelaskan sebagai pribadi, direktur, atau perwakilan.
  3. Dasar Perjanjian Awal: Sebutkan nomor kontrak atau perjanjian borongan yang mendasari.
  4. Jumlah Pokok Hutang: Angka dan Terbilang.
  5. Tanggal Jatuh Tempo: Tanggal, bulan, dan tahun yang pasti.
  6. Klausul Konsekuensi: Sanksi atau denda keterlambatan (jika ada).
  7. Materai & Saksi: Penempatan materai dan tanda tangan minimal 2 saksi.

Mengikuti panduan ketat ini akan memastikan dokumen Anda memiliki keahlian yang dibutuhkan untuk berdiri tegak di hadapan hukum.

3. Strategi Bahasa dan Penulisan: Menghindari Ambiguitas Hukum

Dalam dokumen hukum seperti surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa pekerjaan borongan, bahasa adalah instrumen utama yang menentukan kekuatan dan keabsahan. Penggunaan diksi yang tepat dan tata bahasa yang lugas sangat krusial. Anda harus menggunakan bahasa formal, lugas, dan sebisa mungkin menghindari jargon atau istilah yang berpotensi memunculkan penafsiran ganda. Ingat, dalam konteks hukum perdata, setiap kata harus memiliki makna yang pasti.

Berdasarkan pengalaman kami dalam menangani lebih dari 100 kasus perdata terkait wanprestasi kontrak dan piutang, kami selalu menekankan bahwa kejelasan di awal akan menghilangkan kerugian di masa depan. Sebuah surat pernyataan yang ditulis dengan baik berfungsi sebagai garis pertahanan pertama Anda. Ambiguitas sekecil apa pun dapat membuka celah bagi pihak yang berjanji untuk menyangkal kewajiban mereka di kemudian hari.

Pilihan Kata Kunci: ‘Melunasi’ vs ‘Mencicil’ dan Implikasinya

Pilihan kata kerja yang digunakan untuk mendeskripsikan pembayaran sangat menentukan sifat janji yang dibuat.

  • ‘Melunasi’ mengindikasikan komitmen untuk menyelesaikan seluruh sisa kewajiban finansial dalam satu kali pembayaran (atau disebut lump sum). Penggunaan kata ini harus diikuti dengan tanggal jatuh tempo tunggal yang spesifik.
  • ‘Mencicil’ atau ‘Mengangsur’ mengindikasikan bahwa kewajiban akan diselesaikan melalui serangkaian pembayaran periodik. Jika memilih opsi ini, surat pernyataan wajib mencantumkan jadwal angsuran terperinci (jumlah dan tanggal untuk setiap cicilan) hingga kewajiban dianggap lunas sepenuhnya.

Kesalahan dalam membedakan kedua kata kunci ini dapat berakibat fatal. Jika pihak yang berjanji menulis ‘melunasi’ tetapi kemudian membayar dalam beberapa kali angsuran tanpa persetujuan tertulis baru, mereka telah melanggar janji awal. Konsistensi dalam terminologi menunjukkan keahlian Anda dalam menyusun dokumen dan membangun kepercayaan pada keabsahan surat tersebut.

Klausul Konsekuensi Keterlambatan: Membangun Kepercayaan dan Akuntabilitas

Untuk memberikan leverage dan memastikan kepatuhan pihak yang berjanji, Anda harus menyertakan Klausul Konsekuensi Keterlambatan (atau Klausul Denda). Klausul ini adalah inti dari akuntabilitas hukum.

Klausul ini tidak boleh bersifat umum, seperti hanya mengatakan “akan dikenakan sanksi”. Sebaliknya, klausul tersebut harus spesifik, terukur, dan tegas. Sebagai contoh, Anda harus secara eksplisit menyebutkan:

“Apabila PIHAK KEDUA lalai dalam melunasi kewajiban pada tanggal yang ditetapkan, maka PIHAK KEDUA setuju dan berjanji untuk dikenakan denda keterlambatan sebesar 0.1% (nol koma satu persen) dari total sisa hutang per hari keterlambatan hingga seluruh kewajiban dilunasi.”

Angka dan persentase yang jelas (misalnya, denda $0.1%$ per hari) bukan hanya memberikan dasar hukum untuk penuntutan, tetapi juga menunjukkan otoritas dan keseriusan Anda sebagai kreditur. Tanpa detail spesifik ini, klaim atas kerugian akibat keterlambatan akan jauh lebih sulit untuk dibuktikan di pengadilan.

4. Template Surat Pernyataan Akan Melunasi Pembayaran Jasa Borongan (Format Siap Pakai)

Bagian ini adalah inti praktis dari panduan ini. Kami menyajikan dua templat siap pakai yang dapat Anda salin dan sesuaikan, dirancang untuk kepatuhan hukum maksimum. Menggunakan format yang terstruktur dengan baik adalah landasan untuk membangun kredibilitas dan keandalan dokumen Anda, memastikan bahwa janji tertulis tersebut memiliki kekuatan penuh di mata hukum.

Template 1: Untuk Pembayaran yang Ditunda (Lunas dalam 1x Pembayaran)

Templat ini ideal digunakan ketika keseluruhan sisa pembayaran jasa borongan dijanjikan akan dilunasi dalam satu kali transfer atau penyerahan dana pada tanggal yang spesifik. Ini adalah templat paling umum untuk menjawab langsung kebutuhan “bagaimana cara membuat surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa pekerjaan borongan.”

SURAT PERNYATAAN AKAN MELUNASI PEMBAYARAN JASA BORONGAN

Pada hari ini, [TANGGAL, contoh: Jumat], tanggal [ANGKA TANGGAL] [BULAN] [TAHUN], yang bertanda tangan di bawah ini:

Pihak Keterangan Detail
Pihak yang Menyatakan (Debitur) Nama Lengkap [NAMA LENGKAP PIHAK BERHUTANG]
NIK / NPWP [NOMOR IDENTITAS PIHAK BERHUTANG]
Jabatan / Status [JABATAN/PERUSAHAAN JIKA BERLAKU]
Alamat Lengkap [ALAMAT LENGKAP SESUAI KTP]
Pihak Penerima (Kreditur) Nama Lengkap [NAMA LENGKAP PIHAK PENERIMA]
NIK / NPWP [NOMOR IDENTITAS PIHAK PENERIMA]
Jabatan / Status [JABATAN/PERUSAHAAN JASA BORONGAN]
Alamat Lengkap [ALAMAT LENGKAP SESUAI KTP]

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa Pihak yang Menyatakan mengakui dan berjanji tanpa syarat untuk melunasi sisa kewajiban pembayaran atas pekerjaan borongan berupa [JENIS PEKERJAAN BORONGAN, contoh: Konstruksi Rumah Tinggal] yang telah selesai 100% pada tanggal [TANGGAL SELESAI PEKERJAAN].

Rincian Kewajiban yang Belum Terbayar:

  1. Total Nilai Kontrak: Rp [ANGKA, contoh: 500.000.000,-]
  2. Jumlah yang Sudah Dibayarkan: Rp [ANGKA, contoh: 450.000.000,-]
  3. Sisa Kewajiban (Hutang Pokok):
    • Angka: Rp [ANGKA SISA PEMBAYARAN, contoh: 50.000.000,-]
    • Terbilang: [TERBILANG SISA PEMBAYARAN, contoh: Lima Puluh Juta Rupiah]

Klausul Pelunasan:

Pihak yang Menyatakan berjanji akan melunasi seluruh Sisa Kewajiban tersebut di atas secara penuh (1x Pembayaran) selambat-lambatnya pada tanggal:

[TANGGAL JATUH TEMPO PELUNASAN YANG SPESIFIK]

Apabila Pihak yang Menyatakan lalai atau tidak memenuhi janji pelunasan ini sampai batas tanggal yang ditentukan, maka ia bersedia dikenakan denda keterlambatan sebesar [PERSENTASE DENDA, contoh: 0.1%] dari total sisa kewajiban per hari keterlambatan, tanpa perlu adanya somasi terlebih dahulu.

PENUTUP:

Surat pernyataan ini dibuat dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari pihak mana pun, serta dijadikan sebagai alat bukti pengakuan hutang yang sah di hadapan hukum.


Untuk memastikan dokumen ini memiliki kekuatan hukum perdata yang kuat dan dapat diterima sebagai bukti pengakuan hutang, sangat penting untuk menempelkan materai Rp 10.000 terbaru pada bagian Tanda Tangan Pihak yang Menyatakan. Penempatan yang benar adalah materai ditempel di tempat tanda tangan Pihak yang Menyatakan, dan tanda tangan harus mengenai sebagian materai dan sebagian kertas. Kami juga menegaskan pentingnya dua orang saksi independen yang turut menandatangani dokumen ini. Saksi ini akan memperkuat posisi hukum surat ini, memberikan perspektif independen bahwa janji tersebut benar-benar dibuat.


Template 2: Untuk Perjanjian Angsuran/Cicilan Sisa Pembayaran

Templat ini digunakan jika Pihak yang Menyatakan (Debitur) tidak dapat melunasi dalam satu kali pembayaran dan memerlukan skema angsuran.

(JUDUL SAMA DENGAN TEMPLAT 1) (BAGIAN IDENTITAS SAMA DENGAN TEMPLAT 1) (BAGIAN RINCIAN KEWAJIBAN SAMA DENGAN TEMPLAT 1)

Klausul Angsuran/Cicilan:

Pihak yang Menyatakan berjanji akan melunasi seluruh Sisa Kewajiban sebesar Rp [ANGKA SISA] melalui [JUMLAH] kali angsuran, dengan rincian jadwal sebagai berikut:

Angsuran ke- Jumlah Pembayaran Tanggal Jatuh Tempo
1 Rp [ANGKA] [TANGGAL SPESIFIK]
2 Rp [ANGKA] [TANGGAL SPESIFIK]
3 Rp [ANGKA] [TANGGAL SPESIFIK]
(Tambahkan baris sesuai kebutuhan)

Apabila terjadi keterlambatan atau kelalaian dalam membayar satu angsuran saja, maka seluruh sisa angsuran yang belum dibayar akan dianggap langsung jatuh tempo dan Pihak yang Menyatakan bersedia dikenakan denda keterlambatan sesuai kesepakatan [KLAUSUL DENDA SAMA DENGAN TEMPLAT 1].

(BAGIAN PENUTUP SAMA DENGAN TEMPLAT 1)

Pihak yang Menyatakan Pihak Penerima
Tempat & Tanggal: [KOTA, TANGGAL] [KOTA, TANGGAL]
Tanda Tangan (Di atas Materai Rp 10.000) (Tanda Tangan)
Nama Jelas [NAMA LENGKAP] [NAMA LENGKAP]
SAKSI-SAKSI:
Saksi 1: Tanda Tangan & Nama Jelas Saksi 2: Tanda Tangan & Nama Jelas
[Tanda Tangan Saksi 1] / [NAMA JELAS] [Tanda Tangan Saksi 2] / [NAMA JELAS]

Pastikan selalu ada kolom saksi di bagian akhir dokumen. Minimum dua orang saksi, yang independen, akan membantu membuktikan bahwa surat pernyataan ini adalah hasil kesepakatan sadar dan sungguh-sungguh, jauh melampaui sekadar catatan pribadi.

5. Membangun Otoritas dan Kredibilitas Dokumen Anda (Prinsip Keahlian)

Surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa borongan bukanlah sekadar janji tertulis, melainkan sebuah instrumen hukum yang memerlukan tingkat otoritas dan keahlian yang tinggi agar dapat diandalkan di pengadilan. Keandalan ini dibangun melalui detail-detail prosedural, khususnya pada bagian tanda tangan saksi dan praktik dokumentasi yang aman.

Pentingnya Tanda Tangan Saksi yang Sah dan Kredibel

Peran saksi dalam sebuah surat pernyataan sangat krusial, berfungsi sebagai pihak ketiga yang netral untuk mengonfirmasi bahwa penandatanganan dilakukan secara sadar, tanpa paksaan, dan sesuai dengan tanggal yang tertera.

Untuk membangun kredibilitas dokumen, seorang saksi harus memenuhi kriteria independensi yang ketat. Saksi yang sah adalah mereka yang tidak memiliki kepentingan finansial langsung terhadap hasil pelunasan. Dengan kata lain, mereka tidak boleh mendapatkan keuntungan atau kerugian secara langsung dari pelunasan atau gagalnya pelunasan hutang borongan tersebut. Saksi wajib mengetahui substansi perjanjian yang disepakati, setidaknya poin-poin utama mengenai besaran hutang dan tanggal jatuh tempo. Kehadiran saksi yang independen dan kredibel secara signifikan meningkatkan kepercayaan terhadap integritas dokumen.

Prosedur Dokumentasi dan Penyimpanan Arsip yang Aman

Setelah ditandatangani dan dibubuhi materai yang sah, surat pernyataan harus diperlakukan sebagai dokumen berharga. Keahlian dalam manajemen dokumen sangat penting untuk memastikan dokumen ini selalu dapat diakses dan dipertahankan keasliannya.

Konsultan Hukum Perdata X, spesialis dalam perjanjian bisnis dan properti, menekankan bahwa “Kesalahan fatal sering terjadi pada tahap penyimpanan. Dokumen yang tidak dapat dibuktikan keasliannya atau hilang sama saja tidak pernah ada.” Oleh karena itu, prosedur dokumentasi yang aman harus meliputi:

  1. Legalisasi dan Salinan: Selalu buat salinan fisik yang dilegalisir (diberi cap “Salinan Sesuai Asli”) dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
  2. Penyimpanan Fisik: Simpan salinan asli yang bermaterai di tempat yang aman, tahan api, dan tahan air.
  3. Penyimpanan Digital Terenkripsi: Lakukan pemindaian (scanning) berkualitas tinggi pada dokumen asli. File digital ini wajib disimpan dalam cloud storage atau media penyimpanan fisik yang terenkripsi menggunakan password yang kuat. Enkripsi berfungsi melindungi informasi sensitif dari akses tidak sah, menjaga keamanan data, dan menjamin integritas dokumen.

Dengan mengadopsi prosedur ini, Anda tidak hanya memenuhi persyaratan administratif, tetapi juga secara proaktif melindungi hak-hak Anda dari potensi sengketa hukum di masa depan, yang merupakan inti dari keahlian dalam penulisan kontrak.

Pertanyaan Umum (FAQ) Mengenai Keabsahan Surat Pernyataan Pelunasan

Menciptakan dokumen hukum yang kokoh membutuhkan pemahaman yang mendalam tentang konsekuensi dan prosedur. Berikut adalah beberapa pertanyaan yang paling sering diajukan untuk memastikan kredibilitas dan otoritas surat pernyataan pelunasan Anda.

Q1. Apakah Surat Pernyataan ini bisa dibatalkan secara sepihak?

Pembatalan sepihak atas Surat Pernyataan Akan Melunasi Pembayaran Jasa Borongan sangat sulit untuk dilakukan, bahkan bisa dikatakan tidak mungkin, asalkan surat tersebut telah ditandatangani oleh kedua belah pihak dan dibubuhi meterai yang sah. Surat ini merupakan bukti pengakuan utang yang mengikat secara perdata. Menurut prinsip hukum kontrak, suatu perjanjian yang sah hanya dapat ditarik kembali karena persetujuan kedua belah pihak, atau karena alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Oleh karena itu, untuk membatalkannya, diperlukan kesepakatan tertulis baru dari pihak yang berjanji (berhutang) dan pihak penerima (pemberi jasa borongan). Ini menjamin bahwa surat Anda memiliki kepercayaan dan keandalan hukum yang tinggi.

Q2. Apa yang terjadi jika pembayaran jatuh tempo terlewat?

Apabila tanggal jatuh tempo pelunasan yang telah disepakati dan tertulis dalam surat pernyataan terlewat, maka pihak yang berjanji akan dianggap telah melakukan wanprestasi (kelalaian dalam memenuhi kewajiban).

Pada titik ini, pihak penerima pembayaran berhak untuk mengambil tindakan hukum. Langkah awal yang disarankan adalah mengajukan somasi resmi (peringatan hukum) berdasarkan klausul konsekuensi keterlambatan yang sebelumnya telah disepakati dalam surat. Pengalaman menunjukkan, jika surat pernyataan Anda mencantumkan secara spesifik denda atau sanksi (misalnya, denda $0.1%$ per hari keterlambatan), maka proses negosiasi atau tuntutan hukum berikutnya akan menjadi jauh lebih kuat dan lebih mudah untuk dipertanggungjawabkan. Ini menunjukkan keahlian Anda dalam memitigasi risiko finansial.

Q3. Siapa yang bertanggung jawab atas materai (biaya bea meterai)?

Meskipun secara hukum, biaya bea meterai (saat ini Rp 10.000) adalah kewajiban bersama yang terutang pada dokumen, dalam praktik pembuatan Surat Pernyataan Akan Melunasi Pembayaran Jasa Borongan, biaya materai umumnya ditanggung oleh pihak yang membuat pernyataan (yaitu pihak yang berjanji untuk melunasi utang atau pihak yang berhutang). Penempatan meterai pada dokumen adalah krusial untuk menjadikan surat tersebut dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan. Meskipun demikian, perlu ditekankan bahwa penentuan siapa yang menanggung biaya ini dapat menjadi poin negosiasi antara kedua belah pihak sebelum penandatanganan dilakukan, asalkan kesepakatan tersebut jelas dan disetujui bersama.

Final Takeaways: Pastikan Surat Pernyataan Anda Sempurna secara Hukum

Surat pernyataan akan melunasi pembayaran jasa borongan bukanlah sekadar formalitas, melainkan dokumen vital yang menjamin hak dan mencegah kerugian kedua belah pihak. Kepercayaan dalam transaksi hukum terbangun dari detail yang presisi dan kepatuhan pada prosedur. Untuk memastikan dokumen Anda memiliki Kredibilitas dan Keandalan tertinggi, ada beberapa langkah akhir yang harus Anda ikuti.

Tiga Langkah Aksi Wajib: Cek Ulang Keabsahan

Poin krusial yang menentukan keabsahan dan kekuatan hukum surat pernyataan Anda terletak pada tiga elemen utama. Jangan pernah berkompromi pada detail-detail ini, karena ini adalah benteng pertahanan utama Anda jika terjadi perselisihan.

  1. Detail Identitas: Pastikan seluruh identitas pihak yang berjanji (Pihak Pertama) dan pihak penerima janji (Pihak Kedua) dicantumkan secara lengkap, mencakup nama, alamat, dan nomor identitas (NIK/NPWP). Kesalahan satu digit pun dapat membuka celah pembatalan hukum.
  2. Materai (Bea Meterai) yang Benar: Dokumen ini wajib dibubuhi materai dengan nilai terbaru (saat ini Rp 10.000) dan ditandatangani di atasnya oleh pihak yang membuat pernyataan. Kehadiran bea meterai adalah prasyarat formal yang diakui negara agar dokumen Anda dapat digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
  3. Tanggal Jatuh Tempo yang Spesifik: Tanggal pelunasan harus tunggal, final, dan tidak ambigu. Hindari frasa seperti “secepatnya” atau “sekitar akhir bulan”. Tanggal yang jelas adalah dasar untuk menghitung denda keterlambatan (wanprestasi) jika janji tersebut dilanggar.

Langkah Berikutnya: Dokumentasi dan Tindak Lanjut

Setelah surat pernyataan ditandatangani, proses belum sepenuhnya selesai. Tindak lanjut dan dokumentasi yang tepat adalah kunci untuk menjaga Otoritas dokumen tersebut.

Segera sesuaikan template yang telah kami sediakan di bagian 4 dengan data spesifik Anda. Jika nilai total perjanjian jasa borongan yang belum terbayar sangat tinggi—misalnya, melebihi Rp 1 Miliar—kami sangat menganjurkan Anda untuk mengonsultasikannya dengan notaris atau konsultan hukum perdata sebelum ditandatangani. Keahlian pihak ketiga yang netral akan memastikan tidak ada klausul yang terlewatkan dan memperkuat posisi hukum Anda. Setelah ditandatangani, simpan salinan asli dokumen dengan aman dan berikan salinan identik kepada pihak yang berjanji.

Jasa Pembayaran Online
💬