Panduan Lengkap Pembayaran Jasa Penilai Publik yang Efektif

Memahami Pembayaran Jasa Penilai Publik (Valuer)

Apa Itu Pembayaran Jasa Penilai Publik?

Pembayaran jasa penilai publik adalah kompensasi finansial yang dibayarkan kepada seorang Penilai Publik yang berlisensi atas layanan profesional mereka dalam menentukan opini nilai atas aset tertentu. Jasa penilaian ini sangat krusial dalam berbagai situasi keuangan dan legal, mulai dari pengajuan kredit bank, transaksi jual beli properti, pelaporan keuangan, hingga proses merger dan akuisisi. Mengingat peran vital Penilai Publik sebagai pihak yang memberikan pandangan objektif dan terukur mengenai nilai aset, imbalan yang diberikan mencerminkan tingkat keahlian, waktu, dan tanggung jawab yang diemban.

Mengapa Memahami Struktur Biaya Penilaian Itu Penting?

Memahami struktur biaya penilaian Penilai Publik sangat penting untuk alokasi anggaran yang efisien dan untuk menjamin Anda menerima hasil penilaian yang kredibel. Transparansi biaya sering kali berkorelasi langsung dengan kualitas dan independensi layanan. Dengan banyaknya variabel yang memengaruhi total tagihan, mulai dari jenis aset yang dinilai hingga kompleksitas metodologi yang digunakan, artikel ini akan memandu Anda melalui semua variabel biaya tersebut. Tujuan utamanya adalah memberdayakan Anda untuk membuat keputusan keuangan yang cerdas, memastikan bahwa nilai yang Anda bayarkan sepadan dengan laporan penilaian yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan.

Faktor Utama yang Memengaruhi Tarif Jasa Penilai Aset

Penentuan nilai sebuah aset bukanlah proses yang standar; ini adalah seni dan ilmu yang dipengaruhi oleh berbagai variabel. Memahami faktor-faktor yang mendorong penetapan harga layanan penilaian (valuation services) adalah langkah pertama dalam mengelola anggaran secara efektif dan memastikan Anda menerima nilai terbaik untuk pembayaran jasa penilai publik Anda.

Jenis dan Kompleksitas Aset yang Dinilai

Kompleksitas aset merupakan pendorong biaya yang paling signifikan. Aset khusus seperti properti industri atau bisnis—yang mungkin melibatkan analisis lingkungan, regulasi zonasi yang rumit, atau pertimbangan atas aset tidak berwujud—memerlukan waktu dan keahlian yang jauh lebih tinggi. Tingkat spesialisasi ini secara langsung meningkatkan biaya penilai, karena penilai yang ditugaskan harus memiliki lisensi dan pengalaman yang relevan dalam niche tersebut.

Sebagai contoh konkret, berikut adalah perbandingan biaya relatif (bukan harga mutlak) berdasarkan klasifikasi aset yang umum, yang sering kali dilihat oleh penilai profesional:

  • Aset Sederhana (Contoh: Tanah kosong, rumah tinggal standar): Biaya Rendah (Proses relatif cepat, data pasar mudah diakses).
  • Aset Menengah (Contoh: Properti komersial kecil, mesin dan peralatan standar): Biaya Sedang (Memerlukan inspeksi lebih detail dan analisis pendapatan).
  • Aset Kompleks (Contoh: Properti industri, hotel, bisnis, aset tak berwujud): Biaya Tinggi (Memerlukan tim ahli, analisis keuangan mendalam, dan data pasar yang langka).

Penilai profesional yang memiliki rekam jejak terverifikasi dalam menilai aset kompleks ini—misalnya, dalam kasus sengketa atau merger and acquisition—akan membebankan tarif yang mencerminkan tingkat pengalaman dan kemampuan mereka dalam menyediakan analisis yang akurat dan dapat dipertahankan.

Metodologi dan Standar Penilaian yang Digunakan

Metodologi yang dipilih oleh penilai juga sangat memengaruhi besarnya pembayaran jasa penilai publik. Penilai bekerja berdasarkan tiga pendekatan utama: Pendekatan Pasar (Market Approach), Pendekatan Biaya (Cost Approach), dan Pendekatan Pendapatan (Income Approach).

Penggunaan metode yang ekstensif dan memerlukan pengumpulan data yang mendalam akan memakan biaya lebih tinggi. Misalnya, ketika menilai properti pendapatan (seperti pusat perbelanjaan), penggunaan metode Discounted Cash Flow (DCF) memerlukan proyeksi pendapatan dan pengeluaran selama bertahun-tahun, yang jauh lebih memakan waktu dan keahlian dibandingkan dengan pendekatan biaya sederhana yang hanya menjumlahkan biaya reproduksi aset dikurangi depresiasi.

Laporan penilaian yang mengandalkan analisis pasar yang ekstensif, di mana penilai harus mengumpulkan dan memverifikasi data transaksi pembanding yang langka atau bersifat rahasia, juga akan meningkatkan biaya. Proses ini membutuhkan dedikasi sumber daya yang lebih besar untuk memastikan bahwa kesimpulan nilai akhir didasarkan pada bukti yang kuat dan memenuhi standar profesional tertinggi.

Struktur Biaya: Skema Penetapan Harga Jasa Valuasi

Memahami bagaimana penilai publik menyusun biaya mereka adalah kunci untuk mengelola anggaran dan memastikan transparansi maksimal dalam layanan profesional. Ada beberapa model penetapan harga yang digunakan, masing-masing dengan kelebihan dan risikonya sendiri bagi klien.

Model Biaya Berbasis Persentase Nilai (Commission-Based)

Meskipun model biaya berbasis persentase (atau komisi) umum dalam beberapa sektor, sebagian besar penilai publik profesional menghindarinya. Alasan utamanya adalah potensi konflik kepentingan yang dapat merusak objektivitas laporan penilaian. Seorang penilai yang pendapatannya bergantung pada nilai aset yang lebih tinggi secara inheren memiliki insentif untuk menggelembungkan nilai tersebut.

Demi menjaga kewenangan dan integritas laporan (atau apa yang dikenal sebagai “E-E-A-T”), Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) dan standar etika profesi lainnya secara ketat mengatur praktik penetapan biaya ini. Sebagai klien, Anda harus waspada terhadap penilai yang menawarkan biaya berbasis persentase, karena ini sering kali melanggar kode etik industri yang menekankan independensi profesional. Biaya tetap (flat fee) atau biaya per jam (hourly rate) jauh lebih umum, lebih transparan, dan mencerminkan komitmen terhadap objektivitas.

Model Biaya Tetap (Flat Fee) vs. Biaya Per Jam (Hourly Rate)

Dua model penetapan harga yang paling sering ditemui adalah Biaya Tetap dan Biaya Per Jam.

  • Biaya Tetap (Flat Fee): Model ini menawarkan kepastian biaya di muka. Penilai akan menilai ruang lingkup pekerjaan (scope of work) dan memberikan satu harga total. Ini adalah pilihan ideal bagi klien yang memiliki anggaran tetap dan ingin menghindari kejutan biaya. Model ini sangat cocok untuk penilaian aset standar seperti properti hunian atau aset komersial sederhana dengan ruang lingkup yang jelas.
  • Biaya Per Jam (Hourly Rate): Model ini menagih klien berdasarkan total waktu yang dihabiskan penilai dan timnya untuk menyelesaikan tugas. Ini adalah model yang lebih adil untuk penilaian aset yang kompleks, seperti bisnis yang tidak memiliki rekam jejak yang jelas, atau kasus litigasi yang ruang lingkup pekerjaannya mungkin berubah seiring waktu. Model Biaya Per Jam memberikan fleksibilitas yang tinggi namun menuntut pengawasan anggaran yang lebih ketat dari klien.

Biaya Tambahan dan ‘Out-of-Pocket’ (Reimbursement)

Selain biaya jasa profesional inti (baik tetap maupun per jam), seringkali ada biaya tambahan yang disebut out-of-pocket expenses atau biaya penggantian. Biaya-biaya ini adalah pengeluaran aktual yang dilakukan penilai saat melaksanakan tugas, dan sering kali mencakup:

  • Biaya perjalanan dan akomodasi: Terutama jika aset yang dinilai berada di lokasi terpencil atau antar-kota.
  • Biaya pengadaan data: Meliputi pembelian data pasar dari database properti berbayar atau biaya analisis hukum.
  • Biaya logistik: Seperti biaya dokumentasi, fotocopy, atau biaya komunikasi.

Penting untuk memastikan kontrak secara eksplisit mencantumkan apakah semua biaya perjalanan, akomodasi, atau pengadaan data sudah termasuk dalam Biaya Tetap yang disepakati, ataukah ditagihkan secara terpisah sebagai reimbursement. Kontrak yang jelas dalam hal ini mencegah perselisihan biaya di akhir dan menegaskan profesionalisme dan akuntabilitas dalam layanan yang diberikan.

Strategi Negosiasi dan Optimalisasi Anggaran untuk Biaya Penilaian

Mengelola pembayaran jasa penilai publik secara cerdas bukan hanya tentang menawar harga mentah, melainkan tentang mengoptimalkan nilai yang Anda terima dari setiap rupiah yang dikeluarkan. Strategi ini sangat penting untuk memastikan Anda mendapatkan laporan penilaian berkualitas tinggi tanpa membebani anggaran secara tidak perlu.

Mendapatkan dan Membandingkan Proposal Biaya dari Berbagai Penilai

Langkah pertama dalam negosiasi biaya adalah dengan memiliki pemahaman yang jelas tentang apa yang Anda beli. Negosiasi yang efektif harus berfokus pada ruang lingkup kerja (scope of work atau SOW) yang jelas, bukan sekadar memotong harga. Dengan menetapkan SOW yang spesifik di awal—misalnya, apakah Anda hanya membutuhkan nilai pasar wajar, atau juga analisis nilai likuidasi—Anda memastikan Anda hanya membayar untuk layanan yang benar-benar dibutuhkan.

Fokus pada kejelasan SOW adalah kunci untuk membangun kepercayaan dan otoritas dalam proses valuasi. Sebagai contoh nyata, sebuah studi kasus menunjukkan bahwa dengan menyajikan SOW yang terperinci dan membatasi fokus penilaian hanya pada aset utama (bukan seluruh properti pendukung yang tidak relevan), klien berhasil mencapai penghematan biaya sekitar 10% hingga 15%. Penghematan ini berasal dari pengurangan jam kerja penilai dan meminimalkan kebutuhan kunjungan lapangan yang kompleks. Oleh karena itu, ketika membandingkan proposal, pastikan Anda membandingkan layanan yang setara berdasarkan SOW, bukan sekadar angka akhir.

Mempersiapkan Data Aset secara Komprehensif untuk Mengurangi Waktu Kerja Penilai

Waktu adalah uang, dan dalam jasa penilaian, waktu penilai profesional ditagih, seringkali menggunakan tarif per jam. Salah satu cara paling ampuh untuk mengurangi tagihan adalah dengan mempersiapkan data aset secara komprehensif sebelum penilai memulai pekerjaannya.

Penyediaan dokumen legal dan operasional yang lengkap pada saat permintaan proposal dapat secara dramatis mempercepat proses valuasi dan menurunkan tagihan biaya per jam. Dokumen-dokumen penting yang harus disiapkan meliputi:

  • Aspek Legal: Izin Mendirikan Bangunan (IMB), sertifikat hak milik (SHM/HGB), bukti pembayaran PBB terakhir, dan akta jual beli sebelumnya.
  • Aspek Operasional: Laporan keuangan beberapa tahun terakhir (untuk penilaian bisnis atau properti penghasil pendapatan), daftar inventaris mesin yang detail, dan kontrak sewa yang berlaku.
  • Aspek Teknis: Layout bangunan, peta lokasi, dan spesifikasi teknis mesin atau aset khusus.

Ketika penilai menerima paket data yang terorganisir dan lengkap, mereka dapat segera masuk ke tahap analisis data primer dan sekunder tanpa membuang waktu untuk mengumpulkan informasi dasar. Langkah proaktif ini tidak hanya mempercepat proses pelaporan tetapi juga meningkatkan keandalan dan validitas laporan akhir, karena data yang disajikan konsisten dan diverifikasi.

Memastikan Kualitas Laporan dan Kepercayaan Jasa Penilai

Pembayaran jasa penilai publik adalah investasi yang signifikan, dan nilai sesungguhnya dari investasi ini terletak pada kualitas serta keandalan laporan yang Anda terima. Untuk memastikan Anda mendapatkan akuntabilitas dan kredibilitas, penting untuk melakukan uji tuntas pada Penilai dan produk akhir mereka. Memilih penilai yang tepat tidak hanya memengaruhi keakuratan nilai aset Anda, tetapi juga meningkatkan keandalan laporan di mata pihak ketiga seperti bank, regulator, atau calon investor.

Pentingnya Memverifikasi Pengalaman dan Sertifikasi Penilai (Lisensi MAPPI/PUP)

Integritas Penilai adalah pilar dari seluruh proses penilaian. Penilai yang berpengalaman memiliki jejak rekam (rekam jejak) yang kaya dan catatan transaksi aset yang relevan. Keunggulan ini memungkinkan mereka untuk melakukan analisis data pasar yang jauh lebih cepat dan akurat, mengurangi risiko kesalahan estimasi yang mahal. Ketika Anda berhadapan dengan aset kompleks—seperti pabrik khusus atau entitas bisnis— pengalaman Penilai di sektor tersebut menjadi penentu utama kualitas laporan.

Untuk memverifikasi legalitas dan otoritas profesional seorang Penilai Publik (PUP) di Indonesia, Anda harus memastikan bahwa mereka memiliki izin praktik yang sah. Izin ini diatur dan dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan. Selain itu, keanggotaan aktif dalam Masyarakat Profesi Penilai Indonesia (MAPPI) menunjukkan komitmen pada standar etika dan profesionalisme. Anda dapat melakukan pengecekan legalitas izin Penilai langsung melalui situs resmi Kementerian Keuangan atau situs resmi MAPPI untuk memastikan due diligence Anda. Kepercayaan (Trust) yang Anda berikan harus didasarkan pada verifikasi sumber resmi ini.

Tanda-tanda Kualitas Laporan Penilaian yang Tinggi dan Kredibel

Laporan penilaian yang berkualitas tidak hanya menyajikan angka akhir; ia menyajikan sebuah narasi yang terstruktur dan mudah dipertahankan. Laporan yang kredibel akan secara transparan menjelaskan asumsi-asumsi apa yang mendasari perhitungan mereka (misalnya, asumsi going concern untuk bisnis), keterbatasan ruang lingkup pekerjaan, dan metodologi spesifik yang digunakan (misalnya, pendekatan data pasar, pendekatan biaya, atau pendekatan pendapatan).

Salah satu indikator keahlian Penilai adalah cara mereka menyajikan kesimpulan nilai. Laporan terbaik akan selalu menyajikan kesimpulan nilai yang didukung oleh data primer yang jelas, terkini, dan dapat diverifikasi, seperti data transaksi properti pembanding yang telah disesuaikan (adjustments), atau data arus kas historis yang diaudit. Jika sebuah laporan hanya memberikan nilai akhir tanpa menjelaskan secara rinci proses dan reasoning di baliknya, laporan tersebut mungkin kurang memiliki otoritas dan akan sulit dipertahankan jika diuji oleh pihak ketiga yang skeptis. Laporan yang baik juga akan mengikuti format dan standar pelaporan yang ditetapkan oleh Standar Penilaian Indonesia (SPI) yang diakui secara nasional.

Studi Kasus Pembayaran: Perbedaan Biaya Penilaian untuk Tujuan Kredit dan Tujuan Transaksi Jual Beli

Memahami perbedaan mendasar dalam struktur biaya antara penilaian untuk keperluan pinjaman dan penilaian untuk transaksi bisnis adalah kunci untuk mengelola anggaran secara efektif dalam pembayaran jasa penilai publik. Dua skenario ini memiliki tujuan, cakupan, dan, yang terpenting, implikasi biaya yang sangat berbeda.

Analisis Biaya Penilaian Aset untuk Pengajuan Kredit Bank

Biaya penilaian yang dikenakan untuk keperluan kredit bank, yang seringkali merupakan bagian dari proses pengajuan KPR atau pinjaman jaminan aset, cenderung lebih rendah dan lebih terstandardisasi dibandingkan jenis penilaian lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor utama.

Pertama, tujuannya sangat spesifik: bank hanya perlu mengonfirmasi nilai pasar wajar (Fair Market Value) dari jaminan (kolateral) untuk membatasi risiko kerugian mereka. Kedua, ruang lingkup pekerjaan (Scope of Work) sangat terbatas. Penilai biasanya bekerja menggunakan formulir dan prosedur baku yang ditetapkan oleh bank, yang membatasi analisis yang diperlukan dan, pada gilirannya, mengurangi jam kerja. Karena prosesnya yang terstruktur dan ruang lingkup yang sempit, biaya dapat ditekan. Sebagai tolok ukur yang realistis, data industri menunjukkan bahwa rata-rata biaya penilaian properti residensial untuk pengajuan kredit di bank-bank besar di Indonesia seringkali berada dalam rentang harga yang sudah terkomputerisasi dan tidak terlalu bervariasi, sering kali berkisar antara Rp 1.500.000 hingga Rp 3.500.000 untuk aset standar. Tingkat kepercayaan yang tinggi pada angka ini bersumber dari volume transaksi penilaian bank yang masif, memungkinkan penilai untuk mengandalkan basis data dan prosedur yang sudah teruji.

Analisis Biaya Penilaian Aset untuk Tujuan M&A atau Divestasi

Sebaliknya, penilaian untuk transaksi Merger dan Akuisisi (M&A) atau divestasi adalah salah satu jenis penilaian yang paling mahal dan memakan waktu dalam layanan penilai publik. Tingginya biaya dan kompleksitas ini bersumber dari cakupan penilaian yang sangat luas.

Tidak seperti penilaian bank yang fokus pada aset tunggal (properti atau mesin), penilaian M&A melibatkan penilaian seluruh entitas bisnis, termasuk aset berwujud (tanah, bangunan, inventaris, mesin) dan, yang krusial, aset tidak berwujud (merek, hak paten, goodwill, basis pelanggan). Penilaian aset tidak berwujud membutuhkan metodologi canggih seperti penggunaan model keuangan berbasis pendapatan (misalnya, Discounted Cash Flow atau DCF yang dimodifikasi), yang memerlukan keahlian mendalam dan analisis data ekonomi makro yang ekstensif. Proses ini seringkali melibatkan pembentukan tim penilai multidisiplin yang besar, terdiri dari ahli properti, ahli mesin, dan ahli valuasi bisnis. Hasilnya, penilaian semacam ini dapat memakan waktu berbulan-bulan, dan total pembayaran jasa penilai publik dapat mencapai ratusan juta hingga miliaran rupiah, yang mencerminkan tingkat keahlian dan sumber daya (tenaga dan waktu) yang dicurahkan dalam proyek kompleks ini.

Pertanyaan Umum Seputar Biaya dan Pembayaran Jasa Penilai Publik

Q1. Apakah Biaya Penilai Publik Bisa Ditawar (Nego)?

Ya, biaya jasa penilai publik dapat dinegosiasikan, terutama jika penilai menawarkan model biaya tetap (flat fee) atau biaya per jam (hourly rate). Namun, negosiasi yang efektif dan beretika tidak boleh hanya berfokus pada pemotongan harga secara mentah, melainkan harus berpusat pada pengurangan ruang lingkup kerja (Scope of Work/SOW) atau penyediaan data aset yang lebih komprehensif oleh klien.

Sebagai contoh, jika Anda dapat menyediakan semua dokumen legal dan operasional yang diminta (seperti IMB, sertifikat properti, data sewa, atau laporan keuangan) dalam format yang siap digunakan, penilai akan menghabiskan waktu yang lebih sedikit untuk pengumpulan data. Mengurangi waktu kerja secara langsung memungkinkan penilai untuk menawarkan diskon dari biaya awal. Fokuslah pada transparansi dan kejelasan SOW untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak sambil tetap memastikan kualitas laporan.

Q2. Berapa Biaya Rata-Rata untuk Penilaian Rumah Tinggal Sederhana?

Biaya rata-rata untuk penilaian rumah tinggal sederhana, terutama untuk keperluan permohonan kredit bank, sangat bervariasi tergantung lokasi geografis dan tingkat pengalaman serta reputasi Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) yang Anda pilih. Umumnya, biaya untuk properti residensial standar berkisar antara Rp 1.500.000 hingga Rp 3.000.000.

Perbedaan biaya ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kesulitan akses, jarak tempuh ke lokasi aset, dan ketersediaan data pembanding di area tersebut. Penting untuk dicatat bahwa untuk tujuan kredit bank, seringkali bank telah memiliki daftar KJPP rekanan dengan tarif yang relatif terstandardisasi. Untuk mendapatkan angka yang paling akurat dan meyakinkan, sebaiknya Anda meminta proposal biaya terperinci dari minimal dua hingga tiga penilai berlisensi yang memiliki keahlian dan catatan kinerja yang terverifikasi dalam menilai aset di area lokal Anda.

Q3. Siapa yang Menanggung Pembayaran Jasa Penilai, Penjual atau Pembeli?

Pihak yang menanggung pembayaran jasa penilai publik sangat bergantung pada tujuan penilaian dan kesepakatan kontrak antara pihak-pihak yang berkepentingan.

  • Untuk Pengajuan Kredit Bank: Dalam kasus ini, pihak yang mengajukan pinjaman (yaitu peminjam atau debitur) yang akan menanggung biayanya. Bank mewajibkan penilaian ini sebagai bagian dari proses uji tuntas jaminan.
  • Untuk Transaksi Jual Beli (Non-Bank): Umumnya, pihak yang paling membutuhkan laporan penilaian untuk tujuan keputusannya yang akan membayar. Jika penjual ingin menetapkan harga dasar yang wajar, penjual mungkin akan membayar. Namun, jika pembeli ingin memverifikasi nilai wajar sebelum akuisisi (atau untuk keperluan due diligence), pembeli lah yang akan membayar.
  • Untuk Kepentingan Hukum/Internal: Untuk tujuan sengketa hukum atau pelaporan keuangan internal perusahaan, pihak yang memerintahkan penilaian (misalnya, perusahaan atau pengadilan) yang akan menanggung biayanya.

Intinya, hal ini harus ditetapkan secara eksplisit dalam perjanjian atau kontrak jasa penilai sebelum pekerjaan dimulai.

Final Takeaways: Strategi Cerdas Mengelola Pembayaran Jasa Penilai Publik

Mengelola biaya pembayaran jasa penilai publik secara cerdas bukan tentang memilih penawaran termurah. Strategi yang paling efektif adalah berfokus pada Nilai yang akan Anda terima, alih-alih hanya berfokus pada Harga yang harus dibayar. Penilaian aset adalah investasi, dan laporan yang kredibel akan meminimalkan risiko keuangan dan mendukung keputusan strategis.

Ringkasan 3 Langkah Kunci dalam Membayar Jasa Penilai

Ada tiga pilar utama yang harus Anda pastikan sebelum menyetujui biaya jasa valuasi:

  1. Pastikan Kualifikasi: Penilai harus memiliki izin resmi (misalnya, Lisensi Penilai Publik dari Kementerian Keuangan atau terdaftar di Masyarakat Profesi Penilai Indonesia), menunjukkan otoritas dan keahlian mereka.
  2. Definisikan Ruang Lingkup Kerja (SOW): Klarifikasi jenis aset, tujuan penilaian (kredit, transaksi, pelaporan), dan metodologi yang akan digunakan. Ruang lingkup yang jelas memastikan Anda hanya membayar untuk layanan yang benar-benar dibutuhkan, menghindari biaya tak terduga.
  3. Tuntut Laporan yang Kredibel: Pastikan laporan secara transparan menyajikan asumsi, keterbatasan, dan didukung oleh data pasar primer yang relevan, meningkatkan kepercayaan terhadap hasilnya.

Langkah Berikutnya: Memilih Penilai yang Tepat untuk Kebutuhan Anda

Setelah memahami struktur biaya dan faktor-faktor yang memengaruhinya, langkah Anda selanjutnya harus bersifat proaktif. Ambil tindakan sekarang: Mulailah dengan meminta proposal biaya yang terperinci dan pastikan penilai Anda terdaftar resmi. Gunakan situs web resmi entitas pengatur seperti Kementerian Keuangan atau MAPPI untuk memverifikasi lisensi penilai. Proses ini memastikan Anda mendapatkan penilai dengan track record yang terpercaya dan laporan yang akan diakui secara legal.

Jasa Pembayaran Online
💬