Panduan Lengkap Jurnal Pembayaran Jasa Proyek per Progress

Memahami Jurnal Pembayaran Jasa per Progress (Milestone Billing)

Definisi dan Pentingnya Pencatatan Akurat Pembayaran Berdasarkan Progres

Jurnal pembayaran jasa per progress, atau sering disebut Milestone Billing, merupakan sebuah metodologi akuntansi yang krusial bagi perusahaan berbasis proyek. Ini adalah sistem di mana pendapatan dan piutang diakui secara proporsional sejalan dengan penyelesaian tahapan atau milestone proyek yang telah disepakati, bukan hanya pada saat proyek diselesaikan secara keseluruhan. Mekanisme ini memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan secara akurat mencerminkan upaya yang telah dikeluarkan dan nilai yang telah diserahkan kepada klien pada periode akuntansi tertentu. Pencatatan yang akurat sangat penting untuk manajemen kas, pengambilan keputusan investasi, dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi akrual.

Siapa yang Membutuhkan Sistem Jurnal Progresif Ini?

Sistem jurnal progresif ini sangat relevan dan diperlukan oleh perusahaan yang bergerak di bidang jasa dengan kontrak jangka panjang. Contohnya termasuk kontraktor konstruksi, pengembang perangkat lunak, konsultan teknik, dan firma layanan profesional lainnya yang bekerja berdasarkan tahapan penyelesaian. Artikel ini disusun untuk memberikan panduan langkah-demi-langkah yang praktis untuk menjurnal setiap transaksi pembayaran proyek, memastikan bahwa setiap entri mematuhi standar akuntansi yang berlaku dan memberikan visibilitas keuangan yang jelas, terperinci, dan transparan bagi pemangku kepentingan.

Prinsip Pengakuan Pendapatan Jasa Berbasis Progres: Mengapa Ini Kritis?

Perbedaan Kunci: Metode Akrual vs. Basis Progres (Persentase Penyelesaian)

Dalam akuntansi proyek jangka panjang, pengakuan pendapatan berbasis progres adalah mekanisme yang sangat penting untuk menjaga integritas dan akurasi laporan keuangan. Prinsip dasarnya berakar pada matching principle, yang mengharuskan pendapatan diakui pada periode yang sama dengan upaya (biaya) yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut.

Pendekatan ini secara signifikan berbeda dari metode akrual murni di mana pendapatan diakui secara penuh hanya setelah seluruh layanan selesai dan tagihan diterbitkan. Tanpa metode persentase penyelesaian, proyek multi-tahun akan menunjukkan laba yang terdistorsi: nol laba selama masa pengerjaan, dan laba fantastis di tahun penyelesaian. Pengakuan pendapatan berbasis progres mencegah distorsi laporan keuangan dengan memastikan revenue dan cost of sales proyek didistribusikan secara proporsional sejalan dengan kemajuan fisik atau moneter proyek. Hal ini memberikan pandangan yang lebih realistis dan konsisten mengenai kinerja keuangan perusahaan dari periode ke periode.

Standar Akuntansi Relevan: Kepatuhan dan Kepercayaan (Expertise and Trust)

Untuk membangun otoritas dan kepercayaan dalam praktik akuntansi, pencatatan jurnal pembayaran jasa per progres harus tunduk pada standar akuntansi yang berlaku. Di Indonesia, praktisi akuntansi harus merujuk pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang relevan. Secara historis, metode persentase penyelesaian diatur dalam PSAK 23, namun setelah adopsi standar internasional, acuan utama saat ini adalah PSAK 72 tentang Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan, yang mengadopsi IFRS 15.

PSAK 72 (IFRS 15) menekankan bahwa pendapatan diakui ketika entitas mentransfer barang atau jasa yang dijanjikan kepada pelanggan dengan jumlah yang mencerminkan imbalan yang diharapkan oleh entitas. Untuk jasa proyek jangka panjang, ini berarti pendapatan diakui seiring waktu (berbasis progres), bukan hanya pada satu titik waktu. Kepatuhan terhadap standar ini adalah indikator kunci dari profesionalisme akuntansi dan menjamin bahwa laporan keuangan dapat diandalkan oleh investor, bank, dan pemangku kepentingan lainnya.

Terdapat beberapa cara untuk menghitung persentase penyelesaian proyek, dengan dua metode utama: berdasarkan biaya yang dikeluarkan dan berdasarkan survei fisik atau penilaian hasil kerja. Di Indonesia, metode biaya yang dikeluarkan (Cost-to-Cost) adalah yang paling sering dan mudah diverifikasi. Metode ini menghitung persentase penyelesaian dengan membandingkan total biaya aktual yang telah dikeluarkan hingga saat ini dengan total estimasi biaya untuk menyelesaikan proyek:

$$\text{Persentase Penyelesaian} = \frac{\text{Biaya Aktual yang Dikeluarkan}}{\text{Total Estimasi Biaya Proyek}} \times 100%$$

Meskipun metode survei fisik (penilaian langsung atas pekerjaan yang telah diselesaikan oleh insinyur atau arsitek) memberikan indikasi progres yang lebih nyata, metode biaya (yang didukung oleh faktur dan bukti pembayaran) memberikan data yang lebih objektif dan auditabel untuk tujuan akuntansi. Pemilihan metode harus konsisten dan didokumentasikan dengan baik.

Langkah-Langkah Praktis Menyusun Jurnal Pembayaran Jasa Proyek

Mencatat transaksi proyek dengan metode persentase penyelesaian memerlukan kedisiplinan akuntansi yang tinggi. Tiga langkah utama berikut, yang didukung oleh pengalaman praktik di lapangan, akan memastikan pencatatan jurnal pembayaran jasa per progres Anda akurat dan sesuai prinsip akrual. Untuk membangun kepercayaan dan otoritas di bidang ini, kami menyajikan contoh konkret jurnal debit dan kredit yang sering digunakan oleh para profesional akuntansi.

Step 1: Jurnal Awal Kontrak dan Biaya yang Timbul

Pada tahap awal, penting untuk mencatat semua biaya yang dikeluarkan terkait proyek, seperti pembelian bahan baku, pembayaran subkontraktor, dan gaji tenaga kerja. Meskipun kontrak itu sendiri seringkali tidak dijurnal secara formal, pengakuan biaya adalah hal yang krusial. Biaya-biaya ini akan dicatat ke akun khusus yang mencerminkan aset/persediaan proyek, yang dikenal sebagai ‘Biaya Proyek dalam Proses’ (atau nama serupa).

Dokumen Sumber Kunci: Faktur Pembelian, Bukti Pembayaran Gaji, Laporan Penggunaan Material.

Deskripsi Debit Kredit
Pencatatan Biaya Proyek Biaya Proyek dalam Proses Kas / Utang Usaha / Akun Lain

Jurnal ini memastikan bahwa setiap upaya (biaya) dicatat terlebih dahulu sebelum pendapatan diakui, sesuai dengan prinsip penandingan (matching principle).

Step 2: Jurnal Pengakuan Piutang dan Pendapatan (Saat Progres Tercapai)

Jurnal ini adalah inti dari metode pembayaran jasa per progres. Setelah Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAP) disahkan dan persentase penyelesaian proyek diverifikasi (misalnya, 25% selesai), Anda dapat mengakui pendapatan dan piutang.

Dokumen Sumber Kunci: Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAP), Hasil Perhitungan Persentase Penyelesaian, Faktur Penagihan (Invoice).

Pengakuan pendapatan dilakukan berdasarkan persentase yang telah dicapai dikalikan dengan nilai total kontrak. Penting untuk diperhatikan, saat klien menahan sebagian pembayaran (dikenal sebagai retensi), Anda harus memisahkannya untuk menjaga akurasi laporan kas yang sebenarnya akan diterima.

Contoh Jurnal Pengakuan Piutang dan Pendapatan (25% Progres):

Deskripsi Debit Kredit
Pengakuan Piutang & Pendapatan Piutang Usaha Proyek Pendapatan Jasa Proyek
Piutang Retensi (Retention Receivable)*
Pencatatan Beban Pokok Pendapatan (COGS) Beban Pokok Pendapatan Biaya Proyek dalam Proses

Catatan Ahli: Piutang Retensi (Retention Receivable) adalah aset yang harus dicatat secara terpisah. Ini mewakili bagian dari piutang yang telah diakui sebagai pendapatan, tetapi pembayarannya ditangguhkan oleh klien hingga masa pemeliharaan selesai (biasanya 5% atau 10% dari nilai penagihan). Pencatatan yang terpisah ini penting untuk akurasi laporan kas dan pemantauan aset jangka panjang.

Step 3: Jurnal Penerimaan Kas dari Klien (Saat Pembayaran Diterima)

Setelah faktur diserahkan dan klien melakukan pembayaran, jurnal ini digunakan untuk mencatat aliran kas masuk. Proses penagihan ini juga merupakan momen kritis untuk pencatatan Pajak Penghasilan (PPh) yang dipotong oleh klien.

Dokumen Sumber Kunci: Bukti Transfer Bank, Bukti Potong PPh Pasal 23 atau PPh Final Pasal 4 ayat (2) dari klien.

Ketika klien membayar, mereka seringkali memotong PPh (misalnya, PPh Jasa Konstruksi). Potongan ini menjadi aset bagi perusahaan Anda (kredit pajak) yang akan mengurangi kewajiban pajak terutang di akhir periode.

Contoh Jurnal Penerimaan Kas:

Deskripsi Debit Kredit
Penerimaan Pembayaran dari Klien Kas/Bank Piutang Usaha Proyek
PPh Dibayar di Muka (Aset)

Pencatatan PPh Dibayar di Muka (atau Uang Muka PPh) memastikan bahwa Anda dapat mengklaim kembali kredit pajak tersebut. Kegagalan mencatat potongan PPh ini dapat menyebabkan kerugian kas yang signifikan bagi perusahaan karena kredit pajak menjadi hangus. Pencatatan yang teliti dan didukung oleh Bukti Potong PPh yang valid adalah indikator utama keahlian dan tanggung jawab dalam akuntansi proyek.

Meningkatkan Kualitas Data Akuntansi (Authoritativeness) dengan Akun Khusus

Untuk mencapai pelaporan keuangan yang akurat dan kredibel dalam akuntansi proyek, sangat penting untuk melampaui pencatatan jurnal standar. Penggunaan akun-akun khusus dalam Chart of Accounts (COA) adalah kunci untuk mempermudah audit, meningkatkan transparansi, dan memungkinkan analisis profitabilitas proyek yang mendalam. Akun-akun ini berfungsi sebagai jembatan antara biaya aktual yang dikeluarkan dengan pendapatan yang diakui, memastikan bahwa laporan mencerminkan keadaan proyek yang sesungguhnya.

Pentingnya Akun ‘Biaya Proyek Belum Ditagih’ (Cost in Excess of Billings)

Dalam akuntansi proyek, terutama yang menggunakan metode persentase penyelesaian, kita sering dihadapkan pada situasi di mana biaya yang telah dikeluarkan melebihi jumlah yang telah ditagihkan kepada klien. Untuk mengatasi perbedaan waktu ini, akun khusus seperti Biaya Proyek Belum Ditagih (Cost in Excess of Billings) atau Proyek dalam Proses (PDP) sangat dibutuhkan.

Penggunaan akun-akun khusus ini secara langsung mempermudah proses audit dan analisis profitabilitas per proyek. Sebagai contoh, dengan membandingkan Harga Pokok Penjualan Jasa (Cost of Service) yang diakui dengan Pendapatan yang Diakui (Revenue recognized) pada periode yang sama, manajemen dapat mengukur margin kotor proyek secara real-time. Akun ini juga memastikan bahwa seluruh biaya yang terjadi diakui dengan benar, sehingga neraca menunjukkan nilai aset yang akurat. Jika tidak ada akun khusus ini, akan sulit untuk memisahkan biaya yang seharusnya diakui sebagai beban dari biaya yang masih menjadi aset (proyek yang sedang berjalan).

Optimalisasi Chart of Accounts (COA) untuk Pelaporan Proyek

Struktur Chart of Accounts (COA) yang dirancang khusus untuk proyek sangat penting untuk mendapatkan wawasan yang mendalam mengenai kesehatan finansial setiap proyek. COA yang optimal tidak hanya mencakup akun Pendapatan dan Biaya umum, tetapi juga mencakup akun-akun antara (intermediate accounts) seperti:

  • Aset: Piutang Retensi (Retention Receivable), Proyek dalam Proses (PDP).
  • Liabilitas: Tagihan Melebihi Biaya (Billings in Excess of Costs).

Dalam pengalaman kami di bidang akuntansi konstruksi dan jasa profesional, salah satu kesalahan umum adalah mencatat penerimaan kas dari klien sebagai pendapatan langsung tanpa melalui jurnal pengakuan piutang dan pendapatan terlebih dahulu. Tindakan ini secara fundamental melanggar prinsip akrual, yang menyatakan bahwa pendapatan harus diakui saat diperoleh (saat jasa diselesaikan/progres dicapai), bukan saat kas diterima. Pelanggaran prinsip ini akan mendistorsi laporan laba rugi, terutama saat akhir periode akuntansi, karena pendapatan dan biaya tidak dicocokkan (matching principle) pada periode yang sama.

Untuk membantu organisasi dalam menetapkan otoritas pelaporan, berikut adalah perbandingan tiga metode utama untuk menghitung persentase penyelesaian proyek, beserta rekomendasi praktis berdasarkan pengalaman di lapangan:

Metode Penghitungan Progres Deskripsi Singkat Keandalan (Reliability) Rekomendasi Penggunaan
Cost-to-Cost (Biaya-ke-Biaya) Mengukur progres berdasarkan rasio biaya aktual yang dikeluarkan terhadap total estimasi biaya proyek. Tinggi Paling umum dan direkomendasikan di Indonesia karena kemudahan verifikasi data biaya.
Unit of Delivery (Unit Pengiriman) Mengukur progres berdasarkan unit atau output fisik yang disampaikan (misalnya, jumlah lantai yang selesai). Sedang Cocok untuk proyek yang bersifat repetitif dan mudah diukur unit fisiknya.
Physical Measure (Survei Fisik) Mengukur progres berdasarkan estimasi atau survei fisik di lapangan oleh profesional yang berwenang. Sedang-Tinggi Ideal untuk proyek kompleks di mana biaya tidak berkorelasi linier dengan progres fisik.

Berdasarkan praktik akuntansi yang ketat, metode Cost-to-Cost adalah yang paling reliabel dan banyak digunakan karena didukung oleh dokumen akuntansi internal yang kuat.

Membedakan Termin Pembayaran dan Progress Fisik di Catatan

Dalam konteks jurnal pembayaran jasa per progress, terdapat perbedaan krusial antara Termin Pembayaran (mekanisme penagihan eksternal) dan Progres Fisik (mekanisme pengakuan pendapatan internal).

  • Termin Pembayaran: Adalah jadwal penagihan yang disepakati dengan klien (misalnya, 30% di awal, 40% di tengah, 30% di akhir), yang memicu penerbitan invoice.
  • Progres Fisik/Pencapaian: Adalah persentase penyelesaian pekerjaan di lapangan yang diakui oleh akuntan untuk tujuan pengakuan pendapatan (berdasarkan BAP atau Cost-to-Cost).

Sistem akuntansi yang baik harus mencatat keduanya. Jurnal atas Termin Pembayaran berfokus pada Piutang dan PPN Keluaran, sedangkan jurnal atas Progres Fisik berfokus pada Pengakuan Pendapatan dan Harga Pokok Penjualan (Cost of Service). Memisahkan keduanya memastikan bahwa laporan laba rugi mencerminkan realitas ekonomi dari pekerjaan yang telah dilakukan (progres), terlepas dari apakah klien telah membayar atau belum (termin). Ini adalah inti dari pelaporan yang berwawasan dan berlandaskan otoritas.

Strategi Pencatatan untuk Transaksi Pajak dan Retensi Proyek

Aspek perpajakan dan retensi proyek sering menjadi sumber kebingungan dalam pencatatan akuntansi berbasis progres. Mencatat transaksi ini dengan tepat tidak hanya menjamin kepatuhan, tetapi juga memberikan gambaran yang akurat mengenai aset dan liabilitas perusahaan konstruksi atau jasa proyek. Penerapan metode akrual secara ketat menjadi fondasi dalam menangani kedua komponen krusial ini.

Pencatatan PPN Keluaran dan PPh Pasal 23/4 ayat (2) pada Progress Billing

Dalam praktik akuntansi di Indonesia, kewajiban pajak (PPh dan PPN) harus diakui segera setelah penagihan (invoice) diterbitkan, terlepas dari kapan kas dari klien benar-benar diterima. Hal ini sejalan dengan prinsip akrual, di mana transaksi diakui saat terjadi, bukan saat pembayaran. Untuk PPN Keluaran, jurnal pengakuan diterbitkan bersamaan dengan penerbitan tagihan (invoice) atas progres yang telah disepakati.

Khusus untuk PPh, perusahaan jasa konstruksi atau jasa non-konstruksi di Indonesia wajib tunduk pada peraturan perpajakan spesifik. Untuk kredibilitas dan kepatuhan hukum, merujuk pada ketentuan yang berlaku sangatlah penting. Sebagai contoh, jasa konstruksi dikenakan PPh Final berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 96/PMK.03/2021, sementara jasa non-konstruksi dikenakan PPh Pasal 23. Saat penagihan, klien akan memotong PPh, yang dicatat sebagai Uang Muka PPh (Aset) karena merupakan pembayaran di muka atas kewajiban pajak tahunan perusahaan. Jurnal yang dicatat akan melibatkan: Debit Piutang Usaha (sebesar nilai tagihan), Kredit PPN Keluaran (Liabilitas), dan Kredit Pendapatan Jasa Proyek (sebesar nilai DPP). Saat menerima pembayaran, jurnal tambahan untuk mengakui bukti potong PPh (Debit Uang Muka PPh) akan melengkapi pencatatan ini.

Pengelolaan Jurnal Piutang Retensi (Retention Receivable) dan Pelunasannya

Piutang Retensi adalah aset yang sangat penting dan harus dipantau secara terpisah. Retensi merupakan bagian dari nilai kontrak yang sengaja ditahan oleh klien (pemilik proyek) untuk jangka waktu tertentu—biasanya 3 hingga 12 bulan setelah proyek secara substansial selesai dan diserahterimakan (Masa Pemeliharaan). Tujuan retensi adalah untuk menjamin kontraktor akan menyelesaikan setiap kekurangan atau cacat yang mungkin timbul selama masa pemeliharaan tersebut.

Saat pengakuan pendapatan atas progres, retensi yang ditahan harus dicatat sebagai bagian dari piutang, namun dipisahkan untuk tujuan pelaporan. Jurnal pengakuan retensi melibatkan: Debit Piutang Retensi (Aset) dan Kredit Piutang Usaha Proyek (mengurangi jumlah yang ditagihkan tetapi belum diterima). Ketika masa pemeliharaan berakhir dan retensi dilunasi oleh klien, jurnal yang dicatat harus membalik akun Piutang Retensi awal. Jurnal pelunasan yang tepat adalah Debit Kas dan Kredit Piutang Retensi. Pemantauan yang cermat atas jatuh tempo retensi sangat krusial karena retensi mewakili kas yang signifikan dan tertunda; kesalahan pencatatan dapat mengganggu analisis arus kas dan likuiditas jangka pendek perusahaan.

Struktur Laporan Keuangan Proyek: Visibilitas dan Pengalaman (Experience)

Sistem akuntansi yang berfokus pada $jurnal\ pembayaran\ jasa\ per\ progress$ bukan hanya tentang kepatuhan, tetapi juga menyediakan visibilitas finansial yang krusial untuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan didasarkan pada pengalaman praktis. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa tanpa pemantauan periodik berbasis progres, perusahaan konstruksi atau konsultan dapat salah menilai kesehatan proyek mereka hingga terlambat.

Mengukur Profitabilitas Proyek Menggunakan Laporan Laba Rugi

Laporan Laba Rugi (L/R) yang akurat harus mampu mencerminkan margin kotor proyek secara periodik—misalnya bulanan atau triwulanan—bukan hanya saat proyek selesai total. Pelaporan yang didorong oleh pengakuan pendapatan berbasis progres memungkinkan manajemen untuk melihat kinerja margin kotor yang diakui ($Laba\ Kotor\ Diakui$) secara bertahap. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil tindakan korektif (seperti menegosiasikan ulang kontrak atau mengoptimalkan biaya) lebih cepat jika terlihat bahwa margin mulai tergerus di tengah jalan.

Untuk meningkatkan kualitas pelaporan yang mencerminkan pengalaman sejati dalam pengelolaan proyek, sangat disarankan menggunakan format Laporan Laba Rugi yang mengintegrasikan data progres.

% Selesai (Diakui) Pendapatan Diakui Biaya Diakui (Cost of Sales) Laba Kotor Diakui
10% Rp 100 Juta Rp 70 Juta Rp 30 Juta
25% Rp 150 Juta Rp 105 Juta Rp 45 Juta

Contoh format di atas memberikan gambaran yang transparan mengenai bagaimana pendapatan diakui sejalan dengan upaya yang dikeluarkan (biaya) pada periode pelaporan tertentu.

Dampak Progress Billing pada Arus Kas dan Neraca

Mekanisme $progress\ billing$ memiliki dampak signifikan pada akun-akun kunci di Neraca. Pengalaman praktis di industri ini menunjukkan bahwa memonitor rasio antara dua akun spesifik di Neraca adalah kunci utama untuk kesehatan keuangan proyek, yaitu: Billings in Excess of Costs dan Costs in Excess of Billings.

  • Costs in Excess of Billings (Biaya Proyek Belum Ditagih): Ini adalah aset. Terjadi ketika biaya yang telah diakui (Biaya Diakui/Dikeluarkan) lebih besar daripada penagihan (Billing) kepada klien. Ini menunjukkan bahwa perusahaan telah mendanai sebagian proyek klien.
  • Billings in Excess of Costs (Penagihan Melebihi Biaya Proyek): Ini adalah kewajiban (kredit). Terjadi ketika penagihan kepada klien lebih besar daripada biaya yang telah dikeluarkan dan diakui sebagai pendapatan. Ini adalah dana muka yang diterima perusahaan dari klien dan harus dilunasi melalui penyelesaian pekerjaan di masa depan.

Memantau kedua rasio ini secara ketat membantu manajemen memastikan bahwa:

  1. Arus Kas tetap stabil karena penagihan sejalan dengan kemajuan proyek, mengurangi kebutuhan modal kerja yang besar.
  2. Neraca mencerminkan status finansial proyek yang sebenarnya, menghindari laporan keuangan yang menyesatkan dan menunjukkan tingkat Authoritativeness yang tinggi.

Kegagalan dalam memonitor pergerakan dua akun ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan yang berujung pada masalah likuiditas atau pengakuan pendapatan yang prematur.

Pertanyaan Umum (FAQ) Seputar Akuntansi Pembayaran Progres

Q1. Apakah ‘Progress Billing’ sama dengan ‘Termin Pembayaran’?

Meskipun sering digunakan secara bergantian dalam praktik operasional, dari sudut pandang akuntansi, Progress Billing dan Termin Pembayaran adalah dua konsep yang berbeda namun harus sinkron. Termin Pembayaran adalah istilah yang merujuk pada konsep penagihan eksternal, yaitu jadwal pembayaran yang disepakati dengan klien dan dicantumkan dalam kontrak—seperti pembayaran 30% di awal, 40% setelah milestone tertentu, dan sisanya saat serah terima. Sebaliknya, Progress Billing adalah konsep akuntansi internal perusahaan. Ini adalah proses di mana pendapatan dan piutang diakui dalam buku besar sejalan dengan persentase penyelesaian fisik atau biaya proyek yang dikeluarkan. Idealnya, perusahaan yang cermat memastikan bahwa jumlah yang ditagih (Termin Pembayaran) sedapat mungkin mencerminkan persentase pekerjaan yang telah diselesaikan (dasar Progress Billing) untuk menjaga akurasi laporan keuangan.

Q2. Bagaimana cara menjurnal jika klien membatalkan kontrak di tengah jalan?

Pembatalan kontrak di tengah jalan memerlukan penyesuaian jurnal yang cermat untuk mencerminkan status keuangan yang sesungguhnya. Prosedur utamanya adalah:

  1. Membatalkan Piutang: Jurnal penyesuaian dilakukan untuk menghapus sisa piutang yang belum ditagih dan tidak akan pernah diterima.
  2. Menyesuaikan Pendapatan: Perusahaan mengakui setiap pendapatan yang telah diakui hingga titik pembatalan (berdasarkan persentase penyelesaian yang telah dicapai), tetapi tidak lebih dari itu.
  3. Mempertimbangkan Kerugian: Jika biaya yang telah dikeluarkan (Cost of Service) lebih besar daripada pendapatan yang diakui dan jumlah yang telah dibayar oleh klien, perusahaan harus menjurnal potensi kerugian (misalnya, Loss on Contract Termination) dan mempertimbangkan penyisihan piutang tak tertagih (impairment) jika ada tagihan yang tidak dapat ditutup.

Jurnal harus didukung oleh Berita Acara Penghentian Pekerjaan (BAPP) yang resmi dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.

Q3. Apa risiko terbesar dalam penerapan metode persentase penyelesaian?

Risiko terbesar dalam penerapan metode persentase penyelesaian (percentage-of-completion method) adalah potensi over-statement pendapatan dan laba. Hal ini terjadi ketika estimasi persentase penyelesaian proyek terlalu optimis atau tidak didukung oleh data dan pengalaman yang andal. Misalnya, jika seorang manajer proyek tanpa pengalaman memprediksi proyek sudah 70% selesai padahal biaya yang dikeluarkan baru 50%, ini akan menyebabkan pengakuan pendapatan yang terlalu besar pada periode tersebut, padahal pekerjaan yang tersisa mungkin lebih mahal atau kompleks. Otoritas akuntansi yang tinggi (yang dicerminkan oleh prinsip ketelitian dan kehati-hatian) mengharuskan perusahaan memastikan estimasi persentase penyelesaian didukung oleh bukti yang kredibel, seperti laporan biaya yang diverifikasi oleh akuntan internal atau survei fisik oleh surveyor independen, bukan hanya perkiraan semata. Kegagalan dalam hal ini dapat secara serius mendistorsi laporan laba rugi, menyesatkan investor, dan berpotensi menimbulkan masalah audit.

Final Takeaways: Strategi Jurnal Pembayaran Progres di Era Digital

Ringkasan 3 Pilar Kunci: Akrual, Progres, dan Pajak

Penguasaan yang mendalam terhadap jurnal pembayaran jasa per progress merupakan inti dari praktik akuntansi proyek yang bertanggung jawab. Prinsip ini memastikan bahwa pengakuan pendapatan dilakukan secara tepat waktu dan transparan, sejalan dengan upaya yang telah dikeluarkan, yang sangat penting untuk menciptakan otoritas dan kepercayaan dalam laporan keuangan. Secara ringkas, keberhasilan terletak pada tiga pilar: Prinsip Akrual (mengakui transaksi saat terjadi), Basis Progres (menghitung pendapatan berdasarkan persentase penyelesaian), dan Kepatuhan Pajak (memastikan PPN dan PPh dicatat seiring dengan penagihan).

Tingkatkan Kompetensi Akuntansi Proyek Anda Mulai Hari Ini

Di era digital, meningkatkan efisiensi pencatatan adalah sebuah keharusan. Kami sangat merekomendasikan penerapan software akuntansi yang secara spesifik mendukung manajemen proyek multi-tahap. Penggunaan sistem yang tepat memungkinkan otomatisasi proses pembuatan Berita Acara Kemajuan Pekerjaan (BAP) dan penagihan, sehingga secara signifikan dapat mengurangi risiko kesalahan manual, menghemat waktu, dan memastikan bahwa data akuntansi Anda selalu akurat dan siap diaudit. Langkah ini adalah kunci untuk memindahkan tim keuangan Anda dari sekadar pencatat transaksi menjadi mitra strategis yang menyediakan data real-time yang dapat diandalkan.

Jasa Pembayaran Online
💬