Ciri-Ciri Penipuan 'Bayar Setelah Barang Diterima' dan Cara Menghindarinya

Waspada Penipuan Layanan Berisiko Tinggi dengan Sistem Bayar di Tempat (COD)

Apa Itu Skema Penipuan ‘Bayar Setelah Diterima’?

Skema penipuan ‘Bayar Setelah Diterima’—atau lebih dikenal sebagai sistem Cash on Delivery (COD)—adalah taktik licik yang memanfaatkan rasa aman dan kepercayaan yang melekat pada pembeli. Modus operandi ini menjanjikan kepastian bahwa Anda hanya perlu membayar ketika barang atau layanan yang dijanjikan sudah tiba di tangan Anda. Namun, dalam konteks layanan berisiko tinggi seperti pembuatan dokumen palsu (misalnya ijazah atau surat resmi), produk atau layanan yang ditawarkan hampir selalu bersifat ilegal atau fiktif. Penipu menggunakan sistem COD untuk memberikan ilusi kredibilitas, padahal satu-satunya tujuan adalah menjebak korban agar melakukan pembayaran tanpa ada jaminan mutu atau legalitas.

Mengapa Pemahaman Ini Penting untuk Keamanan Finansial Anda

Pemahaman mendalam mengenai taktik ini sangat penting untuk melindungi diri Anda. Layanan berisiko tinggi, seperti yang menjanjikan dokumen palsu, yang menggunakan sistem pembayaran COD hampir selalu merupakan jebakan yang menargetkan korban dalam situasi terdesak atau putus asa. Dengan menyajikan sistem pembayaran yang tampaknya aman, penipu berusaha meyakinkan Anda bahwa mereka adalah penyedia yang sah dan terpercaya meskipun produknya melanggar hukum. Sadarilah bahwa dalam skenario ini, “kepastian” yang Anda bayar di tempat adalah jaminan bahwa Anda akan menerima barang yang tidak sah dan membahayakan keamanan finansial serta status hukum Anda.

Menganalisis Kredibilitas Sebuah Layanan Online: Fondasi Kepercayaan

Kunci utama untuk menghindari jebakan penipuan, terutama yang menawarkan layanan berisiko tinggi seperti dokumen palsu, adalah dengan secara kritis menilai kredibilitas penyedia jasa. Layanan yang sah dan beroperasi di bawah payung hukum pastinya memiliki rekam jejak yang jelas dan terbuka, sebuah standar yang disebut otoritas dan keahlian yang terpercaya.

Memeriksa Keaslian Informasi Kontak dan Alamat Fisik

Setiap layanan yang legal dan kredibel wajib memiliki identitas bisnis yang transparan dan terverifikasi. Untuk mendapatkan kepercayaan publik, layanan ini harus mendaftarkan operasinya secara resmi. Ini berarti, layanan legal wajib memiliki alamat fisik yang dapat diverifikasi, serta Nomor Induk Berusaha (NIB) yang sah dan terdaftar di sistem pemerintah. Jika sebuah layanan hanya memberikan nomor kontak seluler atau alamat fiktif, itu adalah bendera merah terbesar.

Sebagai langkah verifikasi praktis, Anda dapat langsung memeriksa legalitas usaha mereka. Berikut adalah panduan untuk menelusuri izin usaha resmi mereka:

  • Akses Situs Resmi: Kunjungi laman resmi Online Single Submission (OSS) milik Kementerian Investasi/BKPM.
  • Cari Berdasarkan NIB/Nama Usaha: Gunakan fitur pencarian untuk memasukkan Nomor Induk Berusaha (NIB) atau nama perusahaan yang diklaim.
  • Verifikasi Hasil: Hasil yang valid akan menunjukkan data perusahaan, status legalitas, dan jenis usaha yang sesuai dengan layanan yang mereka tawarkan. Layanan yang tidak muncul atau memiliki data yang mencurigakan (misalnya, izin untuk toko kelontong, bukan jasa konsultasi dokumen) berarti harus segera dihindari.

Tanda-Tanda Peringatan di Platform Media Sosial (Akun Baru dan Ulasan Palsu)

Platform media sosial seringkali menjadi lahan subur bagi para penipu. Untuk mengelabui calon korban dan menciptakan ilusi kredibilitas, pelaku penipuan kerap menggunakan serangkaian taktik yang seharusnya menjadi tanda peringatan bagi Anda.

Salah satu taktik yang paling umum adalah penggunaan testimonial umum, stok foto, atau ‘buktian’ tanpa tanggal dan konteks yang jelas. Mereka mungkin menampilkan tumpukan paket atau tangkapan layar chat yang menunjukkan “keberhasilan,” namun semua bukti tersebut sering kali tidak dapat diverifikasi keasliannya dan tidak menunjukkan reputasi yang solid. Bandingkan ini dengan perusahaan profesional yang secara terbuka mempublikasikan portofolio dengan izin dan persetujuan klien, menunjukkan keahlian di bidangnya.

Tanda peringatan lain termasuk:

  • Akun Media Sosial Baru: Akun yang baru dibuat atau memiliki follower yang sangat sedikit (atau follower palsu) namun sudah menawarkan layanan berisiko tinggi.
  • Ulasan yang Terlalu Sempurna: Ulasan yang terdengar generik, diulang-ulang, atau hanya berasal dari akun-akun anonim dan baru, menunjukkan praktik manipulasi untuk membangun citra yang kredibel secara instan.

Layanan yang terpercaya dan memiliki otoritas nyata akan memiliki jejak digital yang panjang, ulasan yang beragam, dan yang terpenting, transparansi penuh mengenai izin dan lokasi bisnis mereka.

Anatomi Penipuan Dokumen/Layanan Ilegal: Mengapa ‘Bayar di Tempat’ Adalah Jebakan

Mengapa Layanan Berisiko Tinggi Selalu Menjanjikan Hasil Cepat dan Mudah?

Layanan ilegal, seperti jasa pembuatan ijazah palsu atau dokumen sensitif lainnya, selalu menggunakan janji kemudahan dan kecepatan sebagai umpan utama. Strategi ini dirancang untuk menarik individu yang sedang berada dalam posisi terdesak atau putus asa. Dengan menawarkan janji “dokumen selesai dalam 24 jam” atau “tanpa prosedur yang rumit,” pelaku penipuan memintas pemikiran rasional korban. Mereka tahu bahwa proses legal yang resmi membutuhkan waktu dan memenuhi syarat tertentu, sehingga janji hasil instan ini terasa terlalu menarik untuk diabaikan.

Data dari studi kasus penipuan siber menunjukkan bahwa lebih dari 95% layanan dokumen palsu yang menawarkan sistem Bayar di Tempat (COD) sejatinya hanya bertujuan tunggal: mengambil biaya di muka atau data pribadi korban. Sistem COD di sini bukanlah garansi penerimaan dokumen, melainkan hanya pendorong agar korban setuju membayar di lokasi, seringkali setelah ‘kurir’ menolak membuka paket dengan alasan keamanan atau kerahasiaan. Begitu uang diserahkan, dokumen yang diterima biasanya tidak berharga, atau yang lebih buruk, korban kehilangan uang dan data pribadi yang sangat sensitif.

Konsekuensi Hukum dan Risiko Jangka Panjang dari Penggunaan Dokumen Palsu

Menerima dan menggunakan dokumen palsu berarti Anda tidak hanya membayar untuk sebuah kertas yang tidak berharga, tetapi Anda secara sadar membayar untuk risiko dituntut secara pidana. Ini adalah risiko yang jauh melampaui kepastian masa depan yang dijanjikan. Penggunaan dokumen palsu dapat terdeteksi kapan saja, baik saat proses verifikasi internal perusahaan, pendaftaran ke institusi pendidikan, maupun saat pemeriksaan oleh lembaga pemerintah.

Dalam hukum Indonesia, tindakan pemalsuan surat atau dokumen memiliki konsekuensi hukum yang sangat jelas dan berat. Sebagai rujukan profesional, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 263 secara eksplisit mengatur sanksi bagi setiap orang yang membuat surat palsu atau memalsukan surat, yang dapat dikenai pidana penjara. Pasal ini menekankan bahwa bukan hanya pembuat dokumen palsu yang dihukum, tetapi juga setiap orang yang dengan sengaja menggunakan surat palsu tersebut seolah-olah asli dan tidak dipalsukan. Oleh karena itu, bagi pengguna layanan ilegal, Anda secara langsung berpartisipasi dalam tindak pidana tersebut. Konsekuensinya bukan hanya kerugian finansial, tetapi juga catatan kriminal permanen dan hilangnya semua peluang karir di masa depan.

7 Ciri Utama Penipuan ‘Bayar Setelah Diterima’ (COD) yang Harus Anda Hindari

Meskipun sistem pembayaran di tempat (COD) menawarkan rasa aman, para penipu layanan berisiko tinggi seperti jasa dokumen ilegal telah mahir memanipulasi skema ini. Memahami ciri-ciri jebakan ini adalah kunci untuk melindungi diri Anda.

1. Tekanan Mendesak dan Batasan Waktu (Scarcity Tactic)

Salah satu taktik paling umum yang digunakan penipu adalah menciptakan rasa urgensi yang palsu. Mereka akan memberi tahu Anda bahwa penawaran ini hanya berlaku untuk hari ini, bahwa kuota layanan cepat sudah hampir habis, atau bahwa harga akan segera naik.

Layanan yang sah, apalagi yang berhubungan dengan dokumen penting, tidak akan pernah menekan pelanggan secara emosional untuk membuat keputusan yang tergesa-gesa. Tekanan mendesak ini adalah cara untuk mengalihkan perhatian Anda dari verifikasi mendalam terhadap kredibilitas layanan. Ingatlah, keputusan yang terburu-buru hampir selalu berakhir dengan kerugian.

2. Permintaan Biaya Awal yang Tidak Wajar (Biaya Administrasi/Pendaftaran)

Mekanisme penipuan COD dalam layanan ilegal sering kali berpusat pada penarikan dana di muka. Penipu akan meyakinkan Anda dengan janji ‘Bayar Setelah Diterima’, tetapi kemudian meminta biaya kecil atau tidak wajar di awal dengan berbagai alasan, seperti biaya administrasi, materai, biaya validasi data, atau uang pendaftaran.

Sebuah tips anti-penipuan yang esensial: layanan resmi dan tepercaya—bahkan marketplace besar—selalu menawarkan metode pembayaran terintegrasi melalui platform mereka yang aman, atau setidaknya melalui rekening perusahaan yang jelas. Mereka tidak akan meminta Anda untuk melakukan transfer langsung yang berubah-ubah ke rekening pribadi atas nama individu tertentu, apalagi untuk “biaya tak terduga” di awal. Tuntutan biaya awal, sekecil apa pun, yang dilakukan di luar skema COD yang disepakati adalah sinyal bahaya tertinggi.

3. Hanya Menerima Komunikasi Melalui Platform yang Tidak Resmi (Misalnya, WhatsApp Saja)

Layanan profesional dan kredibel memiliki infrastruktur komunikasi yang terstruktur: email resmi perusahaan (dengan domain yang sesuai), nomor telepon kantor yang dapat dihubungi, dan terkadang live chat di situs web mereka.

Sebaliknya, layanan penipu sering kali membatasi komunikasi hanya melalui platform pesan instan yang tidak resmi seperti WhatsApp, Telegram, atau DM Instagram/Facebook saja. Pembatasan ini bertujuan untuk menghindari jejak digital resmi, dan yang lebih penting, untuk memblokir Anda segera setelah penipuan berhasil. Layanan yang kredibel akan selalu menyediakan FAQ (Frequently Asked Questions) dan Syarat & Ketentuan Layanan yang transparan, profesional, dan tertulis di situs web resmi mereka—bukan hanya janji-janji lisan yang disampaikan melalui chat.

Perhatikan bahwa layanan legal, seperti marketplace yang menyediakan garansi uang kembali, memberikan perlindungan yang jelas dan mekanisme pengembalian yang teruji jika produk atau layanan tidak sesuai. Skema penipuan yang berkedok COD untuk layanan berisiko tinggi tidak menawarkan perlindungan ini sama sekali, dan bahkan tidak memiliki alamat fisik yang dapat Anda datangi untuk meminta pertanggungjawaban. Ini adalah perbedaan mendasar dalam hal komitmen dan kredibilitas terhadap pelanggan.

Strategi Pertahanan Diri: Langkah-Langkah Cerdas untuk Melindungi Data dan Uang Anda

Dalam menghadapi skema penipuan, terutama yang menjanjikan layanan berisiko tinggi seperti dokumen palsu dengan iming-iming “Bayar Setelah Diterima,” pertahanan terbaik adalah kewaspadaan yang proaktif dan terstruktur. Mengambil langkah-langkah cerdas untuk memverifikasi entitas dan mengamankan informasi pribadi Anda adalah kunci untuk mencegah kerugian finansial dan hukum. Anda harus menerapkan Prinsip Nol Kepercayaan, yaitu mengasumsikan bahwa semua tawaran yang “terlalu bagus untuk menjadi kenyataan,” terutama yang mendesak atau menawarkan jalan pintas ilegal, adalah penipuan sampai terbukti sebaliknya.

Langkah 1: Verifikasi Nomor Rekening Bank dan Reputasi Pelaku Usaha

Sebelum mentransfer satu rupiah pun—bahkan untuk “biaya administrasi” yang kecil sekalipun—lakukan verifikasi menyeluruh terhadap pihak yang Anda ajak bertransaksi. Untuk memutus rantai penipuan, Anda dapat memanfaatkan Proses Verifikasi dengan menggunakan layanan cek rekening online resmi. Platform seperti CekRekening.id yang dikelola oleh Kominfo memungkinkan Anda memeriksa apakah sebuah nomor rekening atau nomor telepon pernah dilaporkan terkait tindak pidana penipuan. Langkah ini memberikan dasar kredibilitas dan memisahkan penjual asli dari pelaku kejahatan. Layanan yang sah dan beroperasi dengan integritas akan selalu memiliki rekam jejak yang bersih dan terverifikasi di berbagai platform.

Langkah 2: Amankan Data Pribadi Anda (Jangan Pernah Berbagi Data Sensitif)

Pelaku penipuan sering kali tidak hanya mengincar uang Anda, tetapi juga data pribadi yang sangat berharga. Permintaan mendadak untuk Nomor Induk Kependudukan (NIK), password, atau detail kartu kredit dengan alasan “verifikasi cepat” harus menjadi alarm merah. Layanan yang benar-benar profesional tidak akan pernah meminta data sensitif seperti itu melalui saluran komunikasi tidak resmi seperti WhatsApp atau direct message Instagram. Ingatlah, membagikan data pribadi kepada pihak yang tidak terverifikasi dapat membuka peluang terjadinya pencurian identitas di masa depan, yang memiliki konsekuensi jauh lebih serius daripada sekadar kehilangan uang tunai. Jaga privasi Anda seperti Anda menjaga dompet Anda.

Langkah 3: Dokumentasikan Semua Komunikasi dan Bukti Transaksi

Jika Anda sudah berada dalam proses komunikasi dengan pihak yang mencurigakan atau bahkan telah melakukan pembayaran awal, langkah selanjutnya adalah memastikan semua interaksi tercatat. Kami sangat menyarankan pembaca untuk menyimpan tangkapan layar (screenshot) dan rekaman panggilan sebagai bukti yang terstruktur dan tidak terbantahkan. Hal ini menjadi sangat penting jika Anda harus mengambil tindakan hukum dan melaporkan kasus ke pihak berwajib.

Daftar dokumen yang harus Anda simpan meliputi:

  • Semua riwayat chat (WhatsApp, Telegram, DM) dari awal hingga akhir.
  • Bukti transfer bank atau invoice pembayaran.
  • Tautan atau tangkapan layar dari iklan asli yang Anda respons.
  • Informasi kontak, termasuk nomor telepon, nama akun, dan nomor rekening yang digunakan.

Memiliki dokumentasi yang lengkap menunjukkan keseriusan Anda dalam proses pelaporan dan memberikan materi yang kuat kepada penyidik, memverifikasi bahwa Anda telah berupaya maksimal untuk melindungi diri dan membantu otoritas memutus jaringan penipuan. Tindakan ini merupakan bukti nyata dari kehati-hatian dan pengalaman Anda dalam mengenali dan melawan skema berisiko tinggi.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Anda Sudah Terlanjur Menjadi Korban Penipuan?

Ketika Anda menyadari telah menjadi korban penipuan, terutama yang melibatkan janji dokumen palsu atau layanan berisiko tinggi lainnya, reaksi cepat dan terstruktur adalah kunci untuk memitigasi kerugian. Tidak ada rasa malu dalam melaporkan kejahatan; tindakan Anda justru dapat mencegah pelaku menargetkan korban berikutnya. Fokus utama Anda adalah segera mengamankan sisa dana dan data pribadi Anda, serta memastikan pelaporan dilakukan sesuai prosedur yang berlaku.

Segera Lapor ke Bank dan Blokir Akses Dana

Tindakan paling kritis setelah menyadari adanya penipuan adalah menghubungi bank tempat Anda melakukan transfer. Laporan ke bank dalam waktu 24 jam dapat meningkatkan peluang pemulihan dana (atau setidaknya memblokir transaksi yang belum diselesaikan) karena bank mungkin masih memiliki kesempatan untuk menahan atau melacak aliran dana, terutama jika dana tersebut belum ditarik oleh penipu. Hubungi call center bank Anda segera, jelaskan bahwa Anda telah menjadi korban penipuan, dan minta agar transaksi yang mencurigakan dibatalkan atau ditangguhkan, jika memungkinkan.

Melaporkan Kasus ke Kepolisian dan Satgas Waspada Investasi (SWI)

Meskipun pemulihan dana sepenuhnya tidak dijamin, pelaporan resmi adalah langkah hukum yang wajib dilakukan. Mengumpulkan semua bukti seperti tangkapan layar percakapan, nomor rekening tujuan, bukti transfer, dan iklan layanan adalah kunci keberhasilan proses pelaporan. Bukti-bukti ini akan menjadi dasar bagi pihak berwajib untuk mengidentifikasi dan menindak pelaku kejahatan siber.

Untuk mendukung tindakan hukum yang efektif, ada beberapa kanal yang dapat Anda manfaatkan:

  • Kepolisian Siber (Bareskrim Polri): Anda dapat membuat laporan secara online melalui situs resmi kepolisian atau mendatangi kantor polisi terdekat untuk membuat Laporan Polisi (LP).
  • Otoritas Jasa Keuangan (OJK): Untuk kasus yang melibatkan layanan finansial atau investasi ilegal, laporkan melalui kontak resmi OJK.
  • SWI (Satgas Waspada Investasi): Satgas ini berwenang mengawasi dan menindak penawaran investasi ilegal yang berpotensi merugikan masyarakat.
  • Kontak Resmi untuk Pelaporan: Untuk pelaporan penipuan siber, Anda bisa menghubungi Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri atau menggunakan layanan pengaduan yang disediakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
  • Catatan Penting (Fokus Kepercayaan): Proses pelaporan yang melibatkan data pribadi harus dilakukan melalui kanal resmi institusi pemerintah. Contohnya, untuk pertanyaan atau pelaporan terkait pemalsuan dokumen yang berisiko pidana (merujuk pada KUHP Pasal 263 tentang pemalsuan surat), institusi kepolisian adalah yang berwenang memprosesnya. Menyimpan rekaman dan screenshot adalah bukti konkret yang memperkuat laporan Anda di mata hukum.

Setelah melaporkan, pastikan Anda mendapatkan Tanda Bukti Lapor dari kepolisian. Proses hukum mungkin memerlukan waktu, tetapi dengan data yang lengkap dan tindakan cepat, Anda telah memenuhi prosedur yang diperlukan untuk mendapatkan keadilan dan melindungi masyarakat dari praktik penipuan yang merugikan.

Pertanyaan Umum Seputar Penipuan dan Keamanan Online

Q1. Apakah semua sistem ‘Bayar di Tempat’ (COD) itu berisiko?

Jawaban: Tidak semua layanan Bayar di Tempat (COD) berisiko. Sistem COD merupakan metode pembayaran yang sah dan aman saat digunakan oleh marketplace besar atau toko online terpercaya yang memiliki reputasi baik. Toko-toko ini menyediakan perlindungan konsumen dan mekanisme pengembalian uang. Faktanya, kerentanan yang harus diwaspadai terletak pada layanan dari penjual yang tidak dikenal atau penawaran layanan berisiko tinggi (seperti pembuatan dokumen ilegal atau janji investasi yang tidak masuk akal) yang menggunakan skema COD semata-mata sebagai umpan. Penjual semacam ini tidak menawarkan jaminan atau perlindungan konsumen yang diakui secara hukum, sehingga Anda hanya membayar untuk paket kosong, produk yang salah, atau janji fiktif.

Q2. Bagaimana cara paling efektif untuk memverifikasi keaslian sebuah dokumen resmi?

Jawaban: Cara paling efektif untuk memastikan sebuah dokumen resmi itu asli adalah dengan melakukan verifikasi langsung ke institusi penerbit yang sah (universitas, kementerian, atau lembaga pemerintah terkait), bukan kepada pihak yang menawarkan layanan tersebut. Layanan legal dan transparan akan memiliki keahlian dan kredibilitas yang ditunjukkan dengan mudahnya dokumen diverifikasi.

Cara memverifikasinya umumnya adalah:

  • Kode QR atau Barcode: Banyak dokumen resmi modern, seperti ijazah, sertifikat tanah, atau dokumen kependudukan, kini dilengkapi dengan Kode QR. Pindai kode ini, yang harusnya mengarahkan Anda ke website resmi institusi dan menampilkan salinan digital dokumen yang sah.
  • Nomor Seri atau Nomor Registrasi: Cocokkan nomor seri atau nomor registrasi unik yang tertera pada dokumen dengan database online atau layanan cek keaslian yang disediakan oleh institusi penerbit. Sebagai contoh, untuk ijazah dari perguruan tinggi di Indonesia, Anda dapat menggunakan layanan SIVIL (Sistem Verifikasi Ijazah secara Elektronik) yang dikelola oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mencocokkan nomor ijazah dengan data lulusan yang sah.

Jangan pernah mengandalkan verifikasi yang disediakan oleh pihak penjual dokumen itu sendiri. Verifikasi harus selalu dilakukan secara independen.

Kesimpulan Akhir: Membangun Keamanan Digital dengan Kewaspadaan

Melalui analisis mendalam mengenai anatomi penipuan yang memanfaatkan sistem Bayar di Tempat (COD) untuk layanan berisiko tinggi seperti dokumen palsu, kita dapat menarik kesimpulan tegas: tawaran yang menjanjikan hasil cepat dan mudah untuk hal yang ilegal, dengan skema pembayaran di tempat, hampir selalu merupakan jebakan yang menipu.

3 Langkah Aksi Utama untuk Selalu Aman dari Penipuan

Dalam menghadapi janji-janji manis dari layanan online yang meragukan, Anda hanya perlu berpegangan pada tiga langkah aksi utama yang berbasis pada prinsip kehati-hatian:

  • Verifikasi Independen: Setiap kali Anda merasa ragu terhadap sebuah layanan—terutama yang menawarkan hasil yang ’terlalu bagus untuk menjadi kenyataan’—hentikan transaksi segera. Ambil waktu untuk melakukan verifikasi secara mandiri (misalnya, cek Nomor Induk Berusaha/NIB di situs resmi OSS atau hubungi institusi penerbit dokumen yang sah). Kewaspadaan adalah pertahanan terbaik Anda, sebagaimana yang ditekankan oleh para pakar keamanan siber.
  • Lindungi Data: Jangan pernah membagikan data pribadi atau finansial yang sensitif kepada pihak yang tidak memiliki kredibilitas jelas dan terdaftar secara resmi.
  • Prioritaskan Legalitas: Ingatlah bahwa menggunakan dokumen palsu, terlepas dari jaminan penjual, membawa konsekuensi hukum yang serius. Prioritaskan jalur yang sah dan legal untuk setiap kebutuhan Anda.

Prioritas Utama Anda Selanjutnya

Informasi mengenai bahaya penipuan “Bayar Setelah Diterima” ini adalah senjata yang kuat. Jangan biarkan pengetahuan ini berhenti di Anda. Prioritas utama Anda selanjutnya adalah membagikan informasi ini kepada keluarga, teman, atau orang terdekat yang mungkin sedang mencari solusi cepat untuk masalah dokumen atau layanan berisiko. Dengan menyebarkan kesadaran tentang modus operandi ini, Anda turut melindungi komunitas Anda dari kerugian finansial, risiko hukum, dan kerugian jangka panjang lainnya akibat penipuan ini.

Jasa Pembayaran Online
💬